SELAMAT DATANG BLOG COWOK CAKEP

DILARANG MEROKOK RUANG BLOG INI BER AC

Senin, 14 Februari 2011

manajemen kelas


manajemen kelas
BAB I
PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KELAS

Latar Belakang

Manajemen kelas merupakan unsur pendidikan yang biasanya dijadikan perhatian utama oleh para guru. Baik itu guru baru maupun guru yang telah berpengalaman. Alasannya sederhana, karena para guru baik itu calon guru, guru baru, maupun guru yang telah berpengalaman dapat mengajar peserta didiknya dengan optimal. Dengan artian bahwa para guru dapat mengajar/menyampaikan bahan pelajaran yang dapat dan mudah dimengerti oleh para peserta didik dengan baik.
Manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik belajar untuk mencapai tujuan belajarnya secara efisien, atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
Sebelum mencapai tujuan yang dimaksud diperlukan pemahaman akan hal-hal umum atau prinsip-prinsip manajemen kelas hingga perubahan pemahaman yang lebih khusus. Bab ini akan menjelaskan prinsip-prinsip manajemen kelas yang bahasanya meliputi mengajar dan manajemen kelas, pengertian manajemen kelas, aspek, fungsi, dan masalah manajemen kelas, serta pengaturan kelas yang nyaman dan menyenangkan.
Pengajaran dan manajemen merupakan sesuatu yang memiliki dua dimensi yang saling berhubungan. Manajemen berarti menegakkan dan memelihara perilaku peserta didik menuju pembelajaran yang efektif dan efisien.

Tujuan

Setelah mempelajari bab ini, anda diharapkan dapat:
a. Membedakan masalah mengajar dan memanajemeni kelas serta hubungan antar keduanya,
b. Membedakan masalah pengajaran dan masalah manajemen kelas dari contoh-contoh kasus yang disajikan,
c. Menyimpulkan pentingnya manajemen kelas bagi berhasilnya pembelajaran,
d. Mendefinisikan pengertian manajemen kelas berdasar konsepsi lama dan modern serta berdasar pandangan pendekatan operasional,
e. Menyimpulkan tujuan manajemen kelas
f. Memahami fungsi manajemen kelas bagi terciptanya kondisi kelas yang optimal,
g. Menjelaskan secara khusus fungsi tugas kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya dalam memanajemeni kelas,
h. Membedakan pengertian masalah individu dengan masalah kelompok dalam manajemen kelas serta anggapan dasarnya,
i. Menjelaskan empat pola tigkah laku anak usia SD apabila kebutuhan individunya yidak terpenuhi,
j. Menyimpulkan masalah kelompok yang mungkin muncul dalam manajemen kelas,
k. Menunjukkan berbagai upaya guru yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya berbagai masalah manajemen kelas,
l. Menjelaskan syarat-syarat kelas yang nyaman dan menyenangkan,
m. Menjelaskan kaitan antara keadaan kelas dengan terciptanya keadaan kelas yang optimal.
1. Mengajar dan Manajemen Kelas
Sekian banyak guru masih ada diantaranya yang kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah manajemen kelas, sehingga penyelesaiannya pun kurang tepat. Masalah manajemen kelas harus ditanggulangi dengan tindakan korektif, sedangkan masalah pengajaran harus ditanggulangi dengan tindakan pembelajaran.
Salah satu contoh, pak Agua seorang guru bidang studi bahasa Indonesia yang mengajar dengan menggunakan pendekatan strategi yang menarik, mengembangkan variasi metode, dan multimedia agar peserta didik yang enggan mengambil bagian dalam diskusi kelompok tertarik, aktif, dan rajin. Tentu tidak tepat pemecahan masalah yang dilakukan oleh pak Agus, karena membuat pelajaran lebih menarik adalah masalah pengajaran. Sedangka peserta didik tidak mengambil sedangkan peserta didik tidak mengambil bagian dalam kelompok yang merupakan masalah manejemen kelas. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa penarikan diri peserta didik akan menghalagi tujuan utama pengajaran yang akan dicapai melalui kegiatan diskusi kelompok yang dimaksud. Sebaliknya, hubungan antar pribadi (interpersonal) yang baik antara guru dengan peserta didik yang lainnya (suatu petunjuk keberhasilan manajemen kelas). Tidak dengan sendirinya menjamin proses belajar mengajar akan menjadi efektip. Berkaitan dengan hasil tersebut berarti prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektip adalah manajemen kelas. [M.Entang dan T.Raka Joni, 1983].
Pengajaran dan manajemen memiliki dua dimensi yang saling berhubungan. Manajemen berarti memelihara perilaku peserta didik menuju pembelajaran yang efektip dan efisien. Tujuan dari pada pengajaran dan manajemen adalah menyiapkan perilaku-perilaku guru yang diharapkan memberi kemudahan kepada pencapaian tujuan tertentu.
Sebelum mencapai tujuan yang dimaksud diperlukan pemahaman hal-hal umum atau prinsip-prinsip manajemen kelas hingga perubahan pemahaman yang lebih khusus. Bab ini akan menjelaskan prinsip-prinsip manajemen kelas yang bahasanya meliputi mengajar dan manajemen kelas, pengertian manajemen kelas, aspek, fungsi, dan masalah manajemen kelas, serta pengaturan kelas yang nyaman dan yang menyenangkan.
Pemahaman prinsip-prinsip manajemen kelas harus dikuasai terlebih dahulu karena prinsip-prinsip manajemen kelas merupakan dan akan menjadi filter yang akan menghilangkan kekeliruan umum dari manajemen kelas. Misal, ada dua kegiatan yang dilakukan guru yakni: kegiatan mengajar dan kegiatan manajemen kelas. Begitupun dua masalah perilaku peserta didik yakni: peserta didik yang selalu berdiskusi (masalah individual) dan perilaku kelompok yang merespon secara negatif (masalah kelompok).
Dibawah ini ada empat proses yang meliputi gambaran proses pengajaran dan manajerial:

Proses Pengajaran
 Mengidentifikasi tujuan pengajaran
v
 Mendiagnosa keberhasilan peserta didik
v
 Merencanakan dan menerapkan aktifitas pengajaran
v
 Mengevalusai keberhasilan siswa
v

Proses Manajerial
 Menetapkan tujuan manajerial
v
 Menganalisis kondisi yang ada
v
 Memilih dan menetapkan manajerial yang strategi
v
 Menilai efektifitas manajerial
v
Sikap disiplin yang dilakukan oleh seorang peserta didik, hakekatnya adalah suatu tindakan untuk memenuhi nilai-nilaji tertentu. Oleh karene itu, yang perlu dilakukan oleh para guru adalah menanamkan prinsip-prinsip disiplin kelas yang mengacu kepada nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai kepercayaan, nilai-nilai dan norma yang berlaku dimsyarakat, nilai-nilai kekeuasaan yang dimiliki oleh para guru, dan nilai rasional yang selalu berbasisi pada akal yang cerdas dan sehat. Nilai-nilai tersebut biasanya tersurat dalam peraturan tata tertib suatu sekolah yang harus dipedomani oleh para warga sekolah. Disiplin kelas merupakan hal penting terhadap terciptanya perilaku tidak menyimpang dari ketertiban kelas.
Dalam semangat pendekatan pendidikan disiplin yang mengacu psikologi pendidikan. Hendaknya memiliki basis kemanusiaan dan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip kemanusiaan dan demokrasi dalam penegakan disiplin berfungsi sebagai petunjuk dan pengecek bagi para guru dalam mengambil berfungsi sebagai petunjuk dan pengecek bagi para guru dalam mengambil kegijakan yang berhubungan dengan disiplin (Rachman, 1999:170).
Oleh karena itu, pendekatan disiplin yang dilakukan oleh para guru harus memperhatikan beberapa prinsip berikut ini, yaitu:
1. Menggambarkan prinsip-prinsip pedagogi dan hubungan kemanusiaan dikelas,
2. Mengenbangkan budaya disiplin dikelas dan mengembangkan profesionalisme guru dalam menumbuh kembangkan budaya disiplin didalam kelas,
3. Merefleksikan tumbuhankepercayaan dan kontrol dari peserta didik dalam meleksanakan budaya disiplin di kelas,
4. Menumbuhkembangkan kesungguhan untuk berbuat dan berinovasi dalam menegakkan budaya disiplin di kelas oleh para guru dan peserta didik di kelas,
5. Menghindari perasaan tertekan dan rasa terpaksa pada diri guru dan peserta didik dalam menegakkan dan melaksanakan budaya disiplin di kelas.
Prinsip-prinsip dalam mendisiplinkan kelas tersebut sangat perlu dilakukan, karena disiplin kelas merupakan hal penting terhadap terciptanya perilaku yang disiplin di kelas. Namun, dalam usaha penegakkan disiplin di kelas, para guru harus tetap memeperhatikan berbagai teori, prinsip, dan konsep yang tersurat dalam materi psikologi pendidikan, agar penegakkan disiplin di dalam kelas tetapi dilakukan oleh para guru secara edukatif, persuasif, dan demokratif yang menguntungkan bagi para guru dan peserta didik di sekolah.


2. Pengertian dan Tujuan Manajemen Kelas

Manajemen dari kata “Management” yaitu pengelolaan yang berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan [depdikbud,1989], dalam arti umum kelas berarti sekelompok peserta didik yang menerima pelajaran dari guru yang sama ditempat dan pada waktu yang sama pula.
Sebelum mencapai tujuan yang dimaksud diperlukan pemahaman akan hal-hal umum atau prinsip-prinsip manajemen kelas hingga perubahan pemahaman yang lebih khusus. Bab ini akan menjelaskan prinsip-prinsip manajemen kelas yang bahasannya meliputi mengajar dan manajemen kelas, pengertian manajemen kelas, aspek, fungsi, dan masalah manajemen kelas serta pengturan kelas yang nyaman dan menyenangkan.
Jadi manajemen kelas bermaksud mengacu pada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik dalam kelas tersebut dan dapat belajar secara efektif. Berikut ada beberapa defenisi tentang manajemen kelas yaitu:
a. Berdasar konsepsi lama dan modern
Manajemen kelas menurut konsepsi lama merupakan upaya mempertahankan ketertiban kelas. Sedangkan manajemen kelas menurut konsepsi modern yaitu proses seleksi yang menggunakan alat yang tepat terhadap masalah dan situasi manajemen kelas
b. Menurut pandangan pendekatan operasional tertentu dari ( Wilford A. Weber, 1996)
 Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan
v ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disiplin (pendekatan otoriter),
 Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui pendekatan intimidasi,
v
 Sepeangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (pendekatan permisif),
v
 Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas dengan cara
v mengikuti petunjuk/resep yang telah disediakan (pendekatan bumbu masak),
 Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif
v melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (pendekatan instruksional),
 Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta
v didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (pendekatan perubahan perilaku),
 Seperangkat kegiatn guru untuk mengmbangkan hubungan interpersonal
v yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif (pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional),
Manajemen kelas merupakan unsur pendidikan yang biasanya dijadikan perhatian utama oleh para guru, baik itu guru baru, maupun guru yang telah berpengalaman. Alasannya sederhana, karena para guru baik itu calon guru, buru baru maupun guru yang telah berpengalaman dapat mengajar peserta didiknya dengan optimal. Dengan artian bahwa para guru dapat mengajar/menyampaikan bahan pelajaran yang dapat dan mudah dimengerti oleh para peserta didik dengan baik.
Manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik belajar untuk mencapai tujuan belajarnya secara efisien, atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
Manajemen dari kata “Management” yaitu pengelolaan yang berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran, sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan (depdikbud, 1989), dalam arti umum kelas berarti sekelompok peserta didik yang menrima pelajaran dari guru yang sama ditempat dan waktu yang sama pula.
Jadi manajemen kelas bermaksud mengacu pada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik dalam kelas tersebut dan dapat belajar secara efektif. Manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik belajar untuk mencapai tujuan belajarnya. Adapun pengertian lain dari manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotifasi peserta didik untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan.
Sebelum mencapai tujuan yang dimaksud diperlukan pemahaman akan hal-hal umum atau prinsip-prinsip manajemen kelas hingga perubahan pemahaman yang lebih khusus. Bab ini akan menjelaskan prinsip-prinsip manajemen kelas yang bahasannya meliputi mengajar dan manajemen kelas, pengertian manajemen kelas, aspek, fungsi, dan masalah manajemen kelas, serta pengaturan kelas yang nyaman dan menyenangkan.
Adapun tujuan manajemen kelas yakni :
 Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik lingkungan belajar maupun
v kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin
 Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran
v
 Menyediakan dan mengatur fasilitas serta peralatan belajar tang
v mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional, dan intelektual peserta didik dalam kelas
 Membina dan membimbing peserta didik sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya.
v
Manajemen kelas mengandung pengertian, yaitu proses pengelolaan kelas untuk menciptakan suasana dan kondisi kelas yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif (Rachman, 1999:11). Manajemen kelas juga dapat diartikan sebagai proses seleksi yang menggunakan alat yang tepat terhadap problem dan situasi manajemen kelas, atau juga dapat diartikan sebagai segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotifasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan baik sesuai dengan kemampuan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah kepada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai (Dirjen. PUOD dan Dirjen. Dikdasmen, 1996).
Manajemen kelas bertujuan untuk:
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin,
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran,
Menyediakan dan mengatur fasilitas belajar serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa di dalam kelas, serta membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya (Dirjen. PUOD dan Dirjen. Dikdasmen, 1996). Ladan bagi peserta didik dalam melakukan disiplin di kelas. Dalam membina disiplin kelas dengan pendekatan dalam melakukan aktivitas manajemen kelas untuk pembinaan disiplin kelas yang berbasis psikologi pendidikan, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan, yaitu pendekatan otoriter, pendekatan permisif, pendekatan intruksional, pendekatan pengubahan perilaku, pendekatan sosiol emosional, dan pendekatan proses kelompok (Entang dan Joni,1984: 19). Keenam pendekatan ini akan dijelaskan secara sekilas berikut ini.
Dalam membina disiplin kelas dengan pendekatan otoritas, yang perlu dilakukan oleh para guru di kelas ialah menegakkan peraturan yang berlaku di kelas secara persuasive dan mendidik. Jika siswa melanggar disiplin kelas, maka guru dapat memberikan hukuman yang mendidik, sedangkan jika siswa menaati peraturan disiplin kelas diberikan penguatan (reward) agar sikap dan perilaku terpuji tersebut semakin diintensifkan oleh siswa sehingga dapat menjadi model bagi siswa lainnya.
Dalam membina disiplin kelas dengan pendekatan permisif, yang perlu dilakukan oleh para guru di kelas ialah memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensinya dengan defasilitasi oleh guru. Guru perlu menghargai hak dan mengetahui kewajiban para peserta didik agar peserta didik di samping memenuhi haknya juga perlu mematuhi kewajibannya sebagai peserta didik di kelas, sehingga suasana disiplin kelas tetap terjamin.
Dalam membina disiplin kelas dengan pendekatan intruksional, yang perlu dilakukan oleh para guru, di kelas ialah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik dan kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik. Dengan pendekatan ini, perilaku instruksional guru yang disiplin akan menjadi pedoman atau tentang pengubahan perilaku, yang perlu dilakukan oleh para guru di kelas ialah bagaiman mengubah perilaku peserta didik yang tidak disiplin di kelas menjadi disiplin di kelas. Adapun yang dapat dilakukan oleh para guru ialah dengan memberikan hukuman yang mendidik kepada peserta didik yang tidak disiplin agar menjadi disiplin. Selain itu, guru juga dapat menjadi model perilaku disiplin bagi anak didiknya, agar anak didik yang tidak disiplin menjadi disiplin karena meneladani gurunya.
Dalam membina disiplin kelas dengan pendekatan sosial emosional, yang perlu dilakukan oleh para guru di kelas ialah bagaimana hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan para peserta didik di kelas. Melalui hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan anak didiknya, maka anak didik akan mudah mengikuti berbagai perilaku teladan guru, termasuk perilaku disiplin yang dimilik oleh para guru di dalam kelas sehingga para peserta didik juga menjadi disiplin di kelas.
Dalam membina disiplin kelas dengan pendekatan proses kelompok, yang perlu dilakukan oleh para guru di kelas ialah membimbing para siswa agar dapat saling berinteraksi sosial dalam suasana kelas yang penuh disiplin. Dalam suasana kelas yang disiplin tersebut akan terjadi interaksi sosial yang disiplin pula dengan bimbingan dari guru sehingga antara siswa yang satu dengan siswa yang lain saling mendisiplinkan diri melalui interaksi sosial.
Pemeliharaan budaya disiplin dan usaha kuratif terhadap pelanggaran disiplin dengan pendekatan psikologi pendidikan. Dalam upaya untuk memelihara budaya disiplin kelas yang telah tmbuh dan berkembang, para guru di kelas hendaknya selalu konsisten dan berkesinambungan menunjukkan sikap dan perilaku selalu disiplin datang ke kelas, disiplin dalam mengajar, dan kegiatan disiplin lainnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan pendidikan di kelas. Selain itu, aplikasi konsep, prinsip, dan teori-teori psikologi pendidikan harus juga diterapkan dalam memelihara budaya disiplin kelas yang telah tumbuh dan berkembang.
Adapun aplikasi dan teori psikologi pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan teori behavioristik ialah bahwa peserta didik yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku disiplin di kelas harus diberikan penguatan belajar, agar perilaku disiplin tetap menjadi budaya bagi para siswa tersebut. Sebaliknya, kepada peserta didik yang melanggar budaya disiplin yang telah ditetapkan di kelas diberikan hukuman yang mendidik sebagai konsekuensi dari sikap dan perilaku yang kurang dan tidak disiplin yang ditunjukkan oleh peserta didik.
Pemberian hukuman atau sarilesi bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan perilaku peserta didik yang melanggar disiplin kelas. Selanjutnya, dalam upaya untuk menanggulangi (kuratif) terhadap pelanggaran disiplin kelas perlu dilaksanakan dengan penuh hati-hati, demokratis, dan edukatif (Rachman, 1992: 207).
Selanjutnya, dalam upaya untuk menanggulangi (kuratif) terhadap pelanggaran disiplin kelas perlu dilaksanakann dengan penuh hati-hati, demokratis, dan edukatif (Rachman, 1999:207). Cara-cara penaggulangan dilakukan secara bertahap dengan tetap memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan oleh individu atau kelompok. Langkah tersebut mulai dari tahap pencegahan sampai kepada tahap penyembuhan, dengan tetapbertumbu kepada penekanan subtansinya bukan pribadi peserta didik. Disamping itu, para guru harus tetap menjaga perasaan kecintaan terhadap paserta didik, bukan karena rasa benci atau emosional. Namun demikian, disadari benar bahwa disiplin dikelas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor lingkungan siswa, seperti lingkungan rumah. Oleh karena itu, para guru juga perlu menjalin kerja sama dengan orang tua dirumah, agar kebiasaan disiplin disekolah yang hendak dipelihara itu semakin tumbuh subur. Rachman (1999:210-212) mengemukakan bahwa ada empat tahapan dalam memelihara disiplin (termasuk disiplin kelas), yaitu:
(1) tahap pencegahan,
(2) tahap pemeliharaan
(3) tahap campur tangan
(4) tahap pengaturan
Pada tahap pencegahan, para guru perlu menciptakan suasana kelas yang disiplin, ketepatan instruksional, dan perencanaan pendidikan yang disiplin. Pada tahap pemeliharaan disiplin, para guru perlu melakukan hubungan sosial emosional dengan peserta didik dalam menunjukkan perilaku disiplin didalam kelas. Pada tahap campur tangan, para guru perlu menangani perilaku peserta didik yang melanggar disiplin kelas dengan mempelajari gejalanya dan mencari akar permasalahannya dengan teknik-teknik yang berbasis psikologi pendidikan berupa pemberian sanksi/hukuman. Pada tahap pengaturan. Para guru perlu mengatur perilaku peserta didik yang menyimpang dari disiplin kelas dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang mendidik, persuasif, dan demokratis agar peserta didik menyadari yang menyimpang dan kembali mematuhi disiplin kelas.
Berikut ini dikemukakan beberapa jenis gangguan disiplin kelas dan cara menanggulanginya. Jika gangguan disiplin kelas berupa gangguan percakapan yang dilakukan peserta didik yang mengganggu proses pembelajaran, maka guru segera menghampiri peserta didik yang sedang menjelaskan materi pelajaran dimuka kelas. Sedangkan jika pelanggaran terhadap disiplin kelas berupa pelemparan catatan dari peserta didik yang satu ke peserta didik yang lain, maka tindakan yang perlu diambil oleh para guru dikelas adalah mendekati siswa tersebut secara persuasif dan menyatakan bahwa perbuatan seperti itu kurang baik, merupakan diri sendiri, dan orang lain.
Masih banyak contoh lain tentang pelanggaran disiplin kelas. Namun, tidak dapat disebutkan satu persatu dalam sajian ini, akan tetapi yang penting bagi para guru adalah mengatasi berbagai bentuk pelanggaran disiplin kelas dengan pendekatan demokratif, edukatif, dan persuasif. Selain itu, para guru juga perlu menerapkan prinsip-prinsip, teori, dan konsep dalam psikologi pendidikan dalam mengatasi pelanggaran disiplin kelas.

3. Aspek, Fungsi dan Masalah Manajemen Kelas

Aktivitas guru yang terpenting adalah memanajemeni, mengorganisir, dan mengkoordinasikan usaha atau aktivitas peserta didik menuju tujuan pembelajaran. Didalam manajemen kelas ada aspek yang perlu diperhatikan yaitu sifat kelas, pendorong kekutan kelas, situasi kelas, tindakan selektif dan kreatif [Lois V.Jhonson dan Mary A.Bany,1970].
Dalam petunjuk pengelolaan kelas disekolah dasar ada berbagai aspek kegiatan manajemen kelas yang perlu dilaksanakan dalam manajemen kelas sebagai berikut:
 Mengabsen kelas
v
 Mengumpul, memeriksa, dan menilai hasil pekerjaan siswa
v
 Pendistribusian bahan dan alat
v
 Mengumpul informasi dari siswa
v
 Mencatat data
v
 Pemeliharaan arsip/berkas
v
 Menyampaikan materi pelajaran
v
 Memberikan tugas/PR
v
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru, khususnya guru baru pada pertemuan pertama dengan siswa dalam kelas yaitu:
a. Ketika bertemu dengan siswa, seseorang guru harus:
 Bersikap tenang dan percaya diri
v
 Bersikap simpatik tidak menampakkan rasa cemas, atau muka masam
v
 Memberikan salam lalu perkenalan
v
 Memberikan format isian tentang data pribadi siswa atau guru menyuruh siswa menulis riwayat hidupnya secara singkat.
v
b. Memberika tugas kepada siswa dengan tertib dan lancar
c. Mengatur tempat duduk siswa
d. Menentukan tata cara berbicara dan tanggung jawab
e. Membuat denah kelas
f. Bertindak disiplin baik terhadap siswa maupun terhadap guru itu sendiri [Dirjen poud dan dirjen dikdasman,1996: 13].
Dalam manajemen kelas ada konsep dasar yang perlu dicermati yaitu penempatan individu, kelompok, sekolah dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Manajemen kelas memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, fungsi manajemen kelas yaitu:
1. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu individu agar dapat bekerja sama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas.
2. Memelihara agar tugas-tugas dapat berjalan lancar.
Manajemen kelas merupakan unsur pendidikan yang biasanya dijadikan perhatian utama oleh para guru, baik itu baru, maupun guru yang telah berpengalaman. Alasannya sederhana, karena para guru yang telah berpengalaman dapat mengajar peserta didiknya dengan optimal. Dengan artian bahwa para guru dapat mengajar/menyampaian bahan pelajaran yang dapat dan mudah dimengerti oleh para peserta didik dengan baik.
Manejemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya mencipyakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik belajar untuk mencapai tujuan belajarnya secara efisien, atau memungkikan peserta didik belajar dengan baik.
Manajemen dari kata “Management” yaitu pengelolaan yang berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran, sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan (depdikbud, 1989), dalam arti umum kelas berarti sekelompok peserta didik yang menrima pelajaran dari guru yang sama ditempat dan waktu yang sama pula.
Jadi manajemen kelas bermaksud mengacu pada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik dalam kelas tersebut dan dapat belajar secara efektif. Manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik belajar untuk mencapai tujuan belajarnya. Adapun pengertian lain dari manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotifasi peserta didik untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan.
Fungsi manajemen yang perlu dilakssanakan khusus oleh kepala sekolah sesuai dalam petunjuk pengelolan sekolah dasar adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan
Perencanaan dapat dipandang sebagai proses penyusunan rencana dan program-program kegiatan yang akan dilakukan secara terpadu dan sistematis berdasarkan landasan, prinsip-prinsip dasar dan data informasi terkait, serta menggunakan sumber daya lainnya seperti : dana, sarana, dan prasarana, prosedur, metode dan tekhnik. Jadi produk perencanaan adalah rencana atau program yang berorientasi kemasa depan.
Rencana tersebut memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Rencana harus jelas
Tujuan dan sarana serta target yang akan dicapai harus terlihat jelas, jenis dan bentuk tindakan yang akan dilaksanakan, siapa pelaksananya, prosedur, metode dan teknik pelaksanaannya, bahan dan alat yang diperlukan, waktu dan tempat pelaksanaannya.
2. Rencana harus realitis
a. Rumusan tujuan, target dan sasaran harus mengandung harapan yang menyangkut aspek kuantitatif maupun aspek kualitatifnya. Untuk itu harapan tersebut harus disusun berdasarkan kondisi-kondisi dan kemampuan yang dimilki oleh sumber daya yang ada.
b. Jenis dan bentuk kegiatannya harus relevan dengan tujuan dan target serta sasaran yang harus dicapai.
c. Prosedur, metode, dan teknik pelaksanaannya harus relevan dengan tujuan dan target serta sasaran yan hendak dicapai serta harus memungkinkan kegiatan yang telah dipilih dan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
d. Sumber daya manusia yang akan melaksanakan kegiatan tersebut harus memiliki kemampuan dan motivasi serta aspek pribadi lainnya yang menjamin terlaksananya tugas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
e. Rencana penggunaan sarana, prasarana, dan dana harus sesuai dengan tujuan, target sasaran yang hendak dicapai.
f. Jadwal kegiatan pelaksanaannya harus memungkinkan kegiatan yang dilaksanakan secara efektif dan efisien serta sesuai batas waktu yang direncanakan.
3. Rencana harus terpadu
a. Rencana harus memperlihatkan unsur-unsurnya baik yang bersifat Insane maupun non-insani sebagai komponen bergantung satu sama lain, bergerak bersama secara sinkron kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
b. Rencana harus memiliki tata urut yang teratur dan disusun berdasarkan skala prioritas.

b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah suatu proses yang menyangkut perumusan dan rincian pekerjaan serta tugas kegiatan berdasarkan struktur organisasi formal kepada orag yang memiliki kemampuan melaksanakannya, sebagai persyaratan bagi terciptanya kerja sama yang harmonis dan optimal kearah tercapainya tujuan secara efektif dan efisien.
Pengorganisasian meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi tujuan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya,
2) Mempelajari kebali pekerjaan yang telah direncanakan dan merincinya menjadi sejumlah tugas dan sejumlah kegiatan,
3) Menentukan seseorang yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dan kegiatan dengan penuh tanggung jawab,
4) Memberikan informasi yang jelas kepada guru tentang tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan,
5) Mengupayakan sarana dan prasarana serta dana yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut,

c. Menggerakkan
Fungsi ini menyankut upaya kepala suan pendidikan sekolah untuk memberikan pengaruh yang dapat menyebabkan guru untuk melaksanakan tugas dan kegiatannya secara bersama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Fungsi ini perlu di lakukan seorang kepala sekolah, sebab:
 Adanya kenyataan bahwa seseorang melakukan suatu pekerjaan, tugas
v serta kegiatan apabila termotivasi untuk memenuhi kebutuhan,
 Pelaksanaan tugas harus dilanjutkan setelah perencanaan dan pengorganisasian dilakukan.
v
Fungsi ini perlu dilakukan selama proses pelaksanaan pekerjaan memperhatikan ragam dan tingkat kebutuhan seseorang. Ada beberapa tekhnik motifasi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk melaksanakan fungsinya, yaitu sebagai berikut:
 Pemberian penghargaan,
v
 Pemberian kepercayaan untuk melaksanakan suatu kepercayaan,
v
 Pemberian kesempatan untuk melakukan tindakan yang bersifat kreatif dan inovatif,
v
 Pemberian imbalan,
v
 Menciptakan iklim kerja yang harmonis dan menyenangkan,
v
 Memberikan contoh yang baik,
v
 Memberikan petunjuk atau nasihat,
v
 Memberikan teguran atau sanksi,
v
 Menyediakan alat dan bahan sesuai dengan tugas kegiatan sesuai dengan kondisi sekolah,
v
 Memberikan pelayanan yang layak untuk keperluan kenaikan pangkat,
v
 Memberikan hasil pekerjaan kepada guru yang bersangkutan sebagai umpan balik,
v
 Memberikan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru.
v
d. Memberikan arahan
Fungsi ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk memberikan informasi, petunjuk, serta bimbingan kepada guru yang dipimpinnya agar terhindar dari penyimpangan, kesulitan atau kegagalan dalam melaksanakan tugas. Fungsi ini berlaku selama proses pelaksaan program kegiatan.
Pelaksaan fungsi kegiatan ini berupa diantaranya:
 Memberikanpenjelasan/petunjuk tentang tugas dan kegiatan yang dilaksanakn oleh guru,
v
 Memberikan penjelasan secara garis besar tentang cara melaksanakan tugas yang dilaksanakan oleh guru,
v
 Memberikan contoh yang jelas tentang cara-cara kerja yang menghindarkan guru dari kegagalan,
v
 Membangkitkan dan membina rasa tanggungjawab moral pada
v setiap guru yang dipimpinnya atas keberhasilan pekerjaan, tugas, dan kegiatan yang dilaksanakan,
 Memberikan perhatian serta bimbingan ketika guru yang bersangkutan mengalami masalah dalam tugasnya.
v

e. Pengkoordinasian
Fungsi ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk menyelaraskan gerak langkah dan memelihara prinsip taat asas (konsistensi) pada semua guru dalam melaksanakan seluruh tugas dan kegiatannya, agar mencapai tujuan dan sasaran yang telah direncanakan.
Fungsi ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk memberikan pengaruh yang dapat menyebabkan guru tergerak untuk melaksanakan tugas dan kegiatannya secara bersama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

f. Pengendalian
Fungsi ini mencakup upaya kepala sekolah untuk:
 Mengamati seluruh aspek dan unsur persiapan dan pelaksaan program kegiatan yang telah direncanakan,
v
 Menilai seberapa jauh kegiatan yang dapat mencapai sasaran dan tujuan,
v
 Mengindentifikasi permasalahan yang timbul ini dalm pelaksanaan kegiatan beserta faktor penyebabnya,
v
 Mencari dan menentukan cara-cara pemecahan masalah tersebut,
v
 Menerapkan cara pemecahan masalah yang telah dipilih guna menghilangkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
v
Dengan demikian, kepala sekolah dapat menggunakan tiga pendekatan untuk melaksanakan fungsinya, yaitu:
1. Pengendalian yang bersifat pencegahan,
Pengendalian pencegahan dilaksanakan kepala sekolah dengan memfokuskan pada usaha:
 Melakukan perencanaan yang mantap,
v
 Pengorganisasian yang tepat,
v
 Pemberian dorongan yang tepat,
v
 Pemberian pengarahan yang jelas dan terarah,
v
 Menciptakan iklim kerja yang nyaman,
v
 Pengkoordinasasian yang tepat dan harmonis.
v
2. Pengendalian langsung,
Pengendalian langsung dilakukan dengan memfokuskan usaha kepala sekolah untuk:
 Mengadakan pengamatan yang cermat dan terencana secara sistematis pada setiap proses pelaksaan program,
v
 Mengsurvei pelaksaan program atau kegiatan yang dilakukan oleh guru,
v
 Memberikan bimbingan segera kepada guru yang memerlukannya,
v
 Membina disiplin guru secara berkesinambungan.
v
3. Pengendalian yang bersifat perbaikan.
Pengendalian yang bersifat perbaikan dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi dan analisis.

g. Inovasi
Fungsi inovasi menyangkut upaya kepala sekolah untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan diri para guru untuk melakukan tindaka serta usaha yang bersifat kreatif dan inovatif. Dalam melakukan fungsi ini kepala sekolah harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Harus disadari bahwa sesuatu yang baru belum tentu lebih baik dari sebelumnya,
2. Jika mampu menemukan/menciptakan hal-hal baru, ia tidak perlu memandang rendah yang lama,
3. Jika menyangkut hal-hal pokok seperti kurikulum nasional, pendekatan belajar mengajar yang baru, dan lainnya. Maka upaya tersebut dikonsultasikan kepada pihak-pihak yang berwenag dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:10-18),
4. Fungsi ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk memberikan pengaruh yang dapat menyebabkan guru tergerak untuk melaksanakan tugas dan kegiatannya secara bersama daalm rangka mencapaitujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Mengacu pada konsep dan fungsi manajemen kelas maka dapat dikemukakan bahwa manajemen kelas tidak lain menunjuk kepada tiga hal yaitu: pengaturan siswa, memelihara lancarnya penugasan, dan pengaturan fasilitas fisik. Masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu: masalh individual dan masalah kelompok.
Munculnya masalah individu didasarkan pada anggapan dasar bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya mencapai tujuan tertentu yaitu pemenuhan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut ada beberapa tindakan siswa yang mungkin terjadi seperti:
a. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain (attention getting behaviors). Ciri yang nampak dari tingkah laku ini adalah siswa membadut dikelas dengan berbuat serba lamban sehingga perlu pertolongan khusus,
b. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors). Cirinya adalah siswa selalu berdebat, kehilangan kendali emosional, marah-marah, menangis serta muncul tindakan yang selalu lupa pada aturan-aturan penting dalam kelas.
c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors). Cirinya adalah tindakan yang menyakiti orang.
d. Peragaan ketidak mampuan (passive behaviors). Cirinya adalah sama sekali tidak bisa menerima dan melakukan apapun, karena apapun yang dilakukannya adalah kegagalan.
Ada empat pola tingkah laku yang sering nampak pada anak seusia sekolah yang dilakukan individu yaitu:
 Pola aktif-konstruktif yaitu
v pola tingkah laku ekstrim, ambisius untuk menjadi bintang dikelasnya, dan mempunyai usaha untuk membantu guru dengan penuh vitalis dan ikhlas.
 Pola aktif-destruktif yaitu pola tingkah laku diwujudkan dalam bentuk banyolan, suka marah, kasar dan memberontak.
v
 Pola pasif-konstruktif yaitu pola yang menunjuk kepada tingkah laku
v yang lamban dengan maksud supaya selalu dibantu dan mengharap perhatian.
 Pola pasif-destrujtif yaitu pola tingkah laku yang menunjuk kemalasan dank eras kepala.
v
Masalah-masalah kelompok yang mungkin terjadi dalam manajemen kelas yaitu:
a. Kelas kurang kompak karena perbedaan jenis kelamin, suku, tingkatan, sosial ekonomi, dan lainnya,
b. Penyimpangan norma-norma tingkah laku yang disepakati sebelumnya,
c. Kelas mereaksi negative terhadap salah seorang anggotanya,
d. “Membombong” anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misal pemberian semangat pada badut kelas,
e. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang dikerjakan,
f. Semangat kerja rendah karena menganggap tugas yang diberikan kurang tepat,
g. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru seperti gangguan jadwal, guru kelas tiba-tiba diganti sementara oleh guru yang lain.
Lebih lanjut Lois V.Johnson dan Mary A.Bany mengemukakan ciri-ciri kelompok dalam kelas sekaligus variabelnya, yaitu:
a. Kesatuan kelompok
b. Interaksi dan komonikasi
c. Struktur kelompok
d. Tujuan-tujuan kelompok\
e. Kontrol
f. Iklim kelompok
Pemahaman manajemen kelas atau classroom management dapat dipilah-pilah sebagai berikut:

1. Manajemen
Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman. Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:
a) Manajemen sebagai suatu proses,
b) Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
c) Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (science).
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi. Daalm Encylopedia of the Social Science dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Selanjutnya, Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama. Menurut pengertian yang kedua, manajemen kelas adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen. Menurut pengertian ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pengetahuan.
Secara etimologi kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang berarti “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manege yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno management, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secra universal.
Tingkatan manajemen kelas dalam organisasi akan membagi tingkatan manajer menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a) Manajer lini garis-pertama (first line) adalah tingkatan manajemen paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga. Dan mereka tidak membawahi manajer yang lain.
b) Manajer menengah (Middle Manager) adalah manajemen menengah dapat meliputi beberapa tingkatan daalm suatu organisasi. Para manager menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya kadang-kadang juga karyawan operasional.
c) Manajer Puncak (Top Manager) terdiri dari kelompak yang relative kecil, manager puncak bertanggung jawab atas manajemen keseluruhan dari organisasi.

2. Kelas
Sebuah kelas tidak boleh sekedar diartikan sebagai tempat siswa berkumpul untuk mempelajari sejumlah ilmu pengetahuan. Demikian juga sebuah sekolah bukanlah sekedar sebuah gedung tempat murid mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan. Sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendididk anak-anak, yang tidak hanya harus didewasakan dari aspek intelektualnya saja, akan tetapi dalam seluruh aspek kepribadiannya. Untuk itu bagi setiap tingkat dan jenis sekolah diperlukan kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dalam perkembangannya. Kurikulum yang dipergunakn di sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang berdaya guna bagi pembentukan pribadi siwa. Suatu kelas akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat apabila kurikulum yang dipergunakan di sekolah dirancangkan sesuai dengan dinamika masyarakat.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akahiran “an”. Istilah lain dari pengelolan adalah “manajemen”.
Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management yang berarti ketatalaksaan, tata pimpinan, pengeloaan. “pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan”
Pengertian kelas dipandang dari dua sudut, yaitu:
a) Kelas daalm arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.
b) Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Ruang kelas adalah suatu ruangan dalam bangunan sekolah, yang berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan tatap muka dalam proses kegiatan belajar mengajar(KBM). Mebeler dalam ruangan ini terdiri dari meja siswa, kursi siswa, meja guru, lemari kelas, papan tulis, serta aksesoris ruangan lainnya yang sesuai. Ukuran yang umum adalah 9m x 8m. ruang kelas memiliki syarat kelayakan dan standar tertentu, misalnya ukuran, pencahayaan alami, sirkulasi udara, dan persaratan lainnya yang telah dibakukan oleh pihak berwenag terkait. Dalam peranya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkunagn belajar serat merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan pendidikan. Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang, dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fiisk kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses intelektual dan social dalam kelasnya. Salah satu manajemen kelas yang baik adalah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantunganya pada guru sehingga mereka mampu membimbing kegiatanya sendiri.
Sebagai manajer lingkungan guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori-teori belajar mengajar dan teori perkembangan sehingga kemungkinan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan.
PERAN guru sebagai ujung tombak pendidikan amat strategis dalam mengembangkan potensi siswa. Karena itu penguasaan pengelolaan kelas mutlak harus dikuasai. Pengelolaan kelas meliputi ruang, waktu, bahan ajar bersama metode pembelajarannya serta perangkat evaluasinya. Berangkat dari penyusunan perangkat persiapan hingga terwujudnya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang telah dicontohkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), instrumen ini sudah dapat menggambarkan keadaan kelas dan memprediksi bagaimana guru menjalankan fungsinya di depan kelas. Beranjak dari pengamatan di lapangan, RPP yang telah dibuat oleh beberapa guru dilihat dari sisi pengelolaan waktunya, rupanya beragam seperti yang tercantum dalam kop lembarannya. Ada yang tertulis 2 x 45 menit, ada pula 8 x 45 menit, sampai 20 x 45 menit.

3. Manajemen Kelas
Membahas mengenai pengelolaan kelas perspektif baru dan selanjutnya kita akan membahas maslah manajemen kelas. Manajemen kelas merupakan bagian integral pengajaran efektif yang mencegah masalh perilaku melalaui perencanaan, pengelolaan, dan penataan kegiatan belajar yang lebih baik, dan interaksi guru siswa yang lebih baik, mendidik pada pengoptimalan keterlibatan dan kerjasama siswa dalam belajar. Teknik kontrol perilaku atau pendisiplinan pada akhirnya akan tidak terlalu efektif karena teknik tersebut tidak mendorong perkembangan disiplin diri atau tanggung jawab anak sendiri atas tindakannya. Nilai-nilai dan keterampilan sosial harus diajarkan dan dicontohkan oleh guru.
Seorang pendiddik atau guru perlu menguasai banyak faktor yang mempengaruhi motivasi, prestasi dan perilaku siswa mereka. Lingkungan fisik di kelas, level kenyamanan emosi yang dialami siswa dan kualitas komunikasi antar guru dan siswa merupakan faktor penting yang bisa memampukan atau menghambat pembelajaran yang optimal. Guru bertanggung jawab untuk berbagai siswa, termasuk mereka dari keluarga yang tidak mampu atau kurang beruntung, siswa yang mungkin harus bekerja setelah sekolah, atau mereka yang berasal dari kelompok minoritas etnis, agama atau bahasa atau mereka dengan berbagai kesulitan atau kecacatan belajar. Tak satupun dari situasi atau faktor ini harus menyebabkan masalah pendidikan, namun anak-anak ini mungkin beresiko mendapatkan pengalaman sekolah yang negatif dan tak bermakna jika guru tidak responsif terhadap kebutuhan dan kemampuan mereka atau mampu menggunakan pengajaran dan strategi kelas yang efektif dan disesuaikan menurut individu.
Penegelolaan kelas (classroom management) berdasarkan pendekatan menurut Weber diklasifikasikan kedalam dua pengertian, yaitu:
a) Pendekatan otoriter
Pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengkontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat. Bagi sekolah atau guru yang menganut pendekatan otoriter, maka dalam mengelola kelas guru atau sekolah tersebut menciptakan iklim sekolah dengan berbagai aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh warga sekolah/ kelas. Walaupun menggunakan pendekatan otoriter, berbagai aturan yang dirumuskan tentu saja tidak hanya didasarkan pada kemauan sepihak dari pengelola sekolah /kelas saja, melainkan dengan memasukan aspirasi dari siswa. Hal ini penting mengingat aturan yang dibuat diperuntukan bagi kepentingan bersama, yaitu untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
b) Pendekatan permisif
Pengelolaan kelas adalah uapaya zang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan untuk siswa melekukan berbagai aktivitas sesuai dengan zang mereka inginkan. Menurut pandangan permisif, fungsi guru adalah bagaimana menciptakan kondisi siswa merasa aman untuk melakukan aktivitas di dalam kelas, tanpa aharus merasa takut dan tertekan.
Ada lima definisi tentang pengelolaan kelas, yaitu:
a) Definisi pertama, memandang bahwa pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas.
b) Definisi kedua, menekankan bahwa tugas guru adaalh memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa.
c) Definisi ketiga didasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification). Pengelolaan kelas adaalh seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan.
d) Definisi keempat memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif didalam kelas. Kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa san siswa dengan siswa. Peranan guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif.
e) Definisi kelima bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual. Pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.
Pengelolaan dan pembelajaran dapat dibadakan tapi memilki fungsi yang sama. Pengelolaan tekannya lebih kuat pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran, sementara pembelajaran (instruction) lebih kuat berkenaan dengan aspek mengelola atau memproses materi pelajaran. Pengelolaan kelas dilakukan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran yang lebih berkualitas.
Keberhasilan guru mengajar di kelas tidak cukup bila hanya berbekal pada penegetahuan tentang kurikulum, metode mengajar, media pengajaran, dan wawsan tentang materi yang akan disampaikan kepada anak didik. Di samping itu guru harus menguasai kiat manajemen kelas. Guru hendaknya dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang menguntungkan bagi anak didik supaya tumbuh iklim pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan



4. Kelas yang Nyaman dan Menyenangkan
Kelas adalah tempat bagi siswa untuk tumbuh dan berkembang potensi intelektual dan emosional, sedangkan syarat-syarat kelas yang baik adalah: [1]. Rapi, bersih, sehat, tidak lembab, [2]. Cukup cahaya yang meneranginya, [3]. Sirkulasi udara cukup, [4]. Perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi, dan [5]. Jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang.
Di bawah ini ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan agar kelas nyaman dan menyenangkan yaitu:

a. Tata ruang kelas
Pada dasarnya sistem pembelajaran yang dianut disekolah dasar sangat tergantung pada pendekatan metode yang digunakan. Metode ceramah, sistem yang digunakan adalah sistem klasikal, metode eksperimen, diskusi kelompok, maka sistem yang digunakan adalah nonklasikal.
Munculnya masalah individu didasarkan pada anggapan dasar bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya mencapai tujuan tertentu yaitu pemenuhan kebutuhan untuk diterima oleh kelompok masyarakat dan untuk mencapai harga diri.

b. Menata perabot kelas
Perabot kelas adalah segala sesuatu perlengkapan yang ada dalam kelas, perabot itu dapat berupa:

 Papan tulis dan penghapusnya,
v
Papn tulis harus cukup besar dan permukaan dasarnya harus rata, agar siswa dapat melihat dengan jelas apa yang ada dipapan tulis. Dan warna papan tulis yang sudah mulai menipis dan belang, agar segera dicat ulang. Kebanyakan papan tulis berwarna hitam, tapi akhir-akhir ini banyak papn tulis yang berwarna lain, misalnya warna hijau, merah, dan lain-lain.

 Meja dan kursi guru,
v
Ukuran meja dan kursi guru harus disesuaikan dengan standar yang lazim. Meja dan kursi guru hendaknya mempunyai laci dan ada pula kuncinya. Dan penempatan meja dan kursi guru harus berada didepan siswa sebelah kanan atau kiri.

 Meja dan kursi siswa,
v
Ukuran meja dan kursi siswa harus disesuaikan dengan standar yang lazim. Meja dan kursi siswa hendaknya mempunyai laci agar siswa bisa menyimpan tasnya atau buku dan lain sebagainya. Meja dan kursi siswa hendaknya ditempatkan dibelakang atau depan meja dan kursi guru.

 Almari kelas,
v
Dalam satu kelas hendaknya mempunyai almari. Ukuran almari dalam kelas tidak perlu besar yang penting ada bisa digunakan. Almari harusnya mempunyai kunci. Almari kelas dapat ditempatkan disamping papan tulis atau sebelah kiri tau kanan dinding, samping depan sebelah meja dan kursi guru. Penenmpatan almari harus diatur agar mudah membuka dan menutup almari.

 Jadwal pelajaran,
v
Jadwal pelajaran ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat. Jadwal pelajaran tersebut dapat dibuat dari kayu atau kertas manila.

 Papan absensi,
v
Papan absensi ditempatkan di depan sebelah papan tulis, atau dinding samping kanan/kiri kelas. Selain itu guru harus memilki catatan daftar hadir siswa pada buku khusus, karena daftar absensi dipapan absensi bisa diganti setiap hari sesuai dengan keadaan.

 Daftar piket kelas,v
Daftar piket kelas ditempatkan disamping papan absensi. Daftar ini memuat nama-nama para siswa yang bertugas menyiapakan segala sesuatu yang diperlukan setiap harinya, seperti menyiapkan kapur tulis, membersihkan papan tulis.

 Kalender pendidikan,
v
Kalender pendidikan ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat. Kalender ini memuat kegiatan pendidikan untuk satu tahun lamanya atau tergantung pada kebutuhan.

 Gambar presiden dan wakil presiden serta lambang garuda pancasila,
v
Semua gambar ini ditempatkan didepan kelas diatas papan tulis. Lambang Garuda Pancasila ditempatkan lebih tinggi dari gambar presiden dan wakil presiden. Ganbar presiden ditempatkan sebelah kanan lambang Garuda Pancasila dan wakil presiden ditempatka sebelah kiri lambang Garuda Pancasila.

 Tempat cuci tangan dan lap tangan
v
Tempat cuci tangan dan lap tangan ditempatkan didepan kelas dekat pintumasuk kelas. Tempat cuci tangan dapat dibuat secara permanen dan dapat juga secara nonpermanen.
 Tempat sampah,
v
Tempat sampah ditempatkan didepan kelas dekat pintu atau bisa juga dida;am kelas dekat pintu. Agar siswa mudah membuang sampahnya pada tempatnya tanpa membuang sembarangan didalam kelas maupun diluar kelas.
 Sapu lidi, sapu ijuk, dan sapu bulu ayam,
v
Sapu lidi, sapu ijuk ditempatkan dibagian paling belakang atau disudut belakang kelas agar kelas bagus dilihat. Karena kalau disimpan didepan tidak enak dilihat. Sedangkan sapu bulu ayam juga disimpan dibelakang dan bisa digantung.

 Gambar-gambar lain/alat peraga,
v
Gambar-gambar bisa ditempel didinding dan diusahakan rapi agar indah dilihat.

 Kapur/spidol.
v
Disimpan disamping papan tulis dan dibuatka tempat agar kelas indah dilihat.

1 komentar:

  1. Ada sebuah kelas dalam jumlah 50 siswa. Yang terdiri 30 anak laki-laki dan 20 anak perempuan. Upaya-upaya apa saja oleh guru untuk mencegah terjadinya masalah-masalah manajemen kelas?


    apa mas jawabanx???

    BalasHapus