SELAMAT DATANG BLOG COWOK CAKEP

DILARANG MEROKOK RUANG BLOG INI BER AC

Senin, 14 Februari 2011

manajemen kelas

BAB II
PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS
Latar Belakang
Guru dapat diartikan sebagai pekerja sosial, tetapi guru tidak dapat disamakan dengan seorang tukang. Seorang tukang cukup mengikuti petunjuk yang terdapat dalam buku petunjuk. Guru perlu menyadari bahwa peranannya adalah sebagai manajerial aktivitas yang harus bekerja berdasar pada kerangka acuan pendekatan manajemen kelas.
Memanajemeni kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada keterampilan memberikan fasilitas yang berbeda-bada terhadap peserta didik.
Seorang guru harus memiliki, memahami, dan keterampilan dalam menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam manajemen kelas, meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami dan dimilikinya dipergunakan sekaligus. Dalam artian, guru harus terampil memilih bahkan merangkai pendekatan yang dianggap meyakinkan untuk mengatasi maslah manajemen kelas dengan tepat.
Berikut ini akan dibahas tentang macam-macam pendekatan dalam manajemen kelas yang disajikan oleh Wilford A.Weber [1986:1996], M.Entang dan T.Raka Joni [1983]. Oleh karena itu, macam-macam pembahasan pendekatan yang dimaksud untuk lebih memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada setiap pendekatan, sehingga guru tidak terperangkap kedalam penerapan pendekatan yang sudah tidak tepat.

Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, anda diharapkan dapat:
Menjelaskan pengertian pendekatan otoriter, intimidasi, permisif, buku masak, instruksional, pengubahan perilaku, sosio-emosional, proses kelompok, eklektik, dan analitik pluralistikdalam manajemen kelas,
a. Menyimpulkan kekuatan dan kelemahan masing-masing pendekatan dalam manajemen kelas,
b. Menyimpulkan persamaan dan perbedaan masing-masing pendekatan dalam manajemen kelas,
c. Mengemukakan bentuk-bentuk pendekatan intimidasi dalam manajemen kelas,
d. Menjelaskan lima strategi pendekatan instruksional dalam manajemen kelas,
e. Menyimpulkan alasan penerapan pendekatan eklektik atau pendekatan analitik pluralistik dalam manajemen kelas,
f. Memahami empat tahap pendekatan analitik pluralistik yang perlu dicermati dalam manajemen kelas.
Pendekatan pengelolaan kelas, Pendekatan ini ada keterkaitannya dengan pendakatan pembelajaran. Masalahnya ialah proses pembelajaran ini berlangsung dalam situasi dan kondisi kelas. Pengelolaan kelas ada yang bersifat perorangan ada yang bersifat kelompok.
Berbagai pendekatan pengelolaan kelas, untuk menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas, yaitu antara lain:
1. Pendekatan otoriter
2. Pendekatan intimidasi
3. Pendekatan permisif
4. Pendekatan buku masak
5. Pendekatan istruksional
6. Pendekatan pengubahan perilaku
7. Pendekatan iklim sosio-emosional
8. Pendekatan proses kelompok
9. Pendekatan eklektik
10. Pendekatan analitik pluralistik
1. Pendekatan Otoriter
Pendekatan ini memendang bahwa menejemen kelas adalah proses mengendalikan perilaku peserta didik dalam posisi in. Dalam pendekatan ini, peranan guru adalah mengembangkan dan memelihara aturan atau disiplin didalam kelas.didalam pendekatan ini, disiplin sama dengan menejemen kelas.
Pendekatan otoriter atau memaksakan kehendak. Memandang bahwa manajemen kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian perilaku peserta didik oleh guru. Dalam pendekatan ini guru menempatkan peranan menciptakan dan memelihara ketertiban kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Tujuannya adalah mengendalikan perilaku peserta didik, serta guru bertanggung jawab mengendalikan perilaku peserta didik karena guru yang paling mengetahui dan berurusan dengan peserta didik.
Pandangan yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk nienciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:
a) Perintah dan larangan
Pendekatan ini tampak mudah, namun kenyataan kurang mantap dalam pelaksanaan. Baik perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah-masalah pengelolaan kelas tertentu.
Seorang pengajar yang melaksanakan perintah dan larangan bersikap reaktif.
Jangkauan tidakan reaktif ini hanya terbatas pada masalah-masalah yang timbul sewaktu-waktu saja, sehingga kemungkinan timbulnya masalah pada masa mendatang kurang dapat dicegah atau ditanggulangi secara tepat.Kesulitan lain bahwa pendekatan perintah dan larangan itu bersifat “resep”, karena kalau resep yang berupa perintah atau larangan itu gagal maka pengajar sulit untuk menghadapi masalah yang dihadapi. Sehingga dengan pendekatan perintah dan larangan ini tidak membuka peluang bagi tindakan yang luwes dan kreatif.
Di sinilah sifat otoriter dari pendekatan perintah dan larangan itu datang bertumpuk untuk melakukan tugas-tugas di sekolah. Akibatnya pengajar kurang memanfaatkan potensinya sendiri dan hanya mengandalkan penerapan pendekatan tersebut untuk masalah yang sama, yang mirip dan sementara cocok. Dengan demikian pengajar dikatakan kurang mampu menyelenggarakan pengelolaan kelas secara efektif.
b) Penekanan dan penguasaan
Pendekatan penekanan dan penguasaan ini banyak mementingkan diri pengajar sendiri seirama dengan pendekatan pertama, pengajar banyak memerintah, mengomel dan memarahi. Seiring pula dalam melakukan pendekatan dengan memakai pengaruh orang-orang yang berkuasa (misalnya pimpinan sekolah, orang tua). Melakukan tindakan kekerasan sebagai pelaksanaan penekanan,menyatakan ketidak setujuan dengan kata-kata, tindakan atau pandangan menunjukkan sikap penguasaan.
Semua contoh pendekatan demikian bersifat otoriter atau berkuasa atas diri orang lain. Bila dalam menghadapi masalah pengelolaan kelas kita menggunakan pendekatan penguasaan dan penekanan ini maka memungkinkan pembelajar diam, tertib karena takut dan tertekan hatinya. Bagi pelajar pendekatan penguasaan dan penekanan ini berarti memaksakan kehendak orang lain. Sehingga tahap toleransinya kurang terbina. Pendekatan semacam ini kurang tepat, kurang toleransi, dan kurang bijaksana.
c) Penghukuman dan pengancaman
Pendekatan penghukuman muncui dalam berbagai bentuk tingkah laku antara lain penghukuman dengan kekerasan, dengan larangan bahkan pengusiran. menghardik atau menghentak dengan kata-kata yang kasar, mencemooh menertawakai: atau menghukum seseorang di depan pembelajar, memaksa pembelajar untuk meminta maaf. memaksa dengan tuntutan tenentu, atau bahkan dengan ancaman-ancaman.
Pendekatan semacam ini tidak dibenarkan karena kurang manusiawi setiap pembelajar kurang mendapatkan penghargaan sebagai individu yang mempunyai harga diri. Pendekatan penghukuman dan pengancaman ini termasuk penanganan yang kurang tepat, bersifat otoriter kurang manusiawi.
Berdasarkan dari pendekatan-pendekatan yang otoriter ini kiranya bila dilaksanakan dapat memberi pengaruh tertentu, tetapi hasil-hasil yang muncui da sekedar mengubah tingkah laku sesaat. Sangat disayangkan apabila tindakan itu diikuti oleh tingkah laku yang negatif pada diri pembelajar.
Pada umumnya tindakan otorite kurang menguntungkan, hasilnya berupa tingkah laku atau pemecahan sementara. Sementara tersebut belum menjangkau inti permasalahan yang sebenarnya. melainkan baru menjangkau gejala-gejala yang muncul dipennukaan belaka.
d) Pendekatan dan larangan
Pendekatn otoriter menawarkan lima strategi yang dapat diterapkan dalam memanajemeni kelas, yaitu:
a. Menciptakan dan menegakkan peraturan
adalah kegiatan guru menggariskan pembatasan-penbatasan dengan memeberitahukan kepada peserta didik apa yang diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, kegiatan menciptakan dan menegakkan peraturan adalah proses mendefinisikan dengan jelas dan spesifik harapan guru mengenai perilaku peserta didik. Maksud peraturan ini adalah menuntun dan membatasi perilaku peserta didik.
b. Memberikan perintah, pengarahan, dan pesan
adalah strategi guru dalam mengendalikan perilaku peserta didik agar peserta didik melakukan sesuatu yang diinginkan guru.
c. Menggunakan teguran ramah
adalah strategi memanajemeni kelas yang digunakan guru memarahi peserta didik yang berperilaku tidak sesuai, yang melanggar peraturan dengan cara lemeh lembut.
d. Menggunakan pengendalian dengan mendekati
adalah tindakan guru bergerak mendekati peserta didik yang dilihatnya berperilaku menyimpang. Strategi ini dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan.
e. Menggunakan pemisahan dan pengucilan
adalah strategi guru dalam merespon perilaku menyimpang peserta didik yang tingkat penyimpangannya cukup berat.
2. Pendekatan Intimidasi
Pendekatan ini juga memandang menejemen kelas sebagai proses mengendalikan perilaku peserta didik hanya saja pada pendekatan ini tampak lebih dilandasi oleh asumsi bahwa perilaku peserta didik paling baik dikendalikan oleh perilaku buruk. Peran guru disini adalah menggiring peserta didik berperilaku sesuai dengan keinginan guru sehingga meteka merasa takut untuk melanggaranya.
Pendekatn intimidasi adalah penekanan pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku mengintimidasi. Bentu-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaaan, ancaman, serta menyalahkan.
Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras. Teguran keras adalah perintah verbal yang diberikan pada situasi tertentu dengan maksud untuk segera menghentikan perilaku peserta didik yang menyimpang.
Sekalipun pendekatan intimidasi sudah dipakai secar luas dan aada manfaatnya, terdapat banyak kecaman terhadap pendekatan ini. Penggunakan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala masalahnya, bukan masalah itu sendiri. Kelemahan yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik.
3. Pendekatan Permisif
Pendekatan ini bertentangan langsung dengan pendekatan intimidatif. Esensi pendekatan terletak pada peran guru memaksimalkan kebebasan peserta didik, membantu peserta didik merasa bebas melakukan apa yang mereka mau. Jika hal itu tidak dilakukan maka yang terjadi adalah proses menghambat perkembangan peserta didik.
Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Tema sentral dari pendekatan ini adalah: apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan peserta didik bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Perana guru adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu pertumbuhan secara wajar.
Pendekatn permisif sedikit penganjurnya. Pendekatan ini kurang menyadari bahwa sekolah dan kelas adalah sistem sosial yang memiliki pranata-pranata sosial. Perbuatan yang bebas tanpa batas akan memperkosa dan mengancam hak-hak orang lain.
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pendekatan permisif dalam bentuknya yang murni tidak produktif diterapkan dalam situasi atau lingkungan sekolah dan kelas. Para peserta didik sebaiknya memperoleh kesempatan secara psikologi memikul resiko yang aman, mengatur kegiatan sekolah sesuai cakupannya, mengembangkan kemempuan memimpin diri sendiri, disiplin sendiri, dan tanggung jawab sendiri.
Berbagai bentuk pendekatan dalam pelaksaan pengelolaan kelas ini banyak menyerahkan segala inisiatif dan tindakan pada diri pembelajar, yaitu:
a) Tindakan pendekatan pengalihan dan pemasa bodohan merupakan tindakan yang bersifat premisif. Dari tindakan pendekatan ini muncul hal-hal yang kurang disadari oleh pembelajar diantaranya:
 Meremehkan sesuatu kejadian , atau tidak melakukan apa-apa sama sekali,
v
 Memberi peluang kemalasan dan menunda pekerjaan,
v
 Menukar dan mengganti susunan kelompok tanpa melalui prosedur yang sebenarnya,
v
 Menukar kegiatan salah satu pembelajar, digantikan oleh orang lain,
v
 Mengalihkan t
vanggung jawab kelompok kepada seorang anggota.

Melalui pendekatan ini pengajar memandang mudah, tak banyak resiko. Namun, sebenarnya pengajar gegabah dalam mengambil cara pendekatan, terlalu memandang mudah mengalihkan, menukar, mengganti, suatu tugas atau penanggung jawab. Padahal pembelajar memiliki harga diri pribadi serta pola berpikir yang masing-masing tidak sama.
b) Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasan.
Sekali lagi pengajar memandang pembelajar telah mampu memikrkan sesuatu dengan prosedur yang benar. “Biarlah mereka bekerja sendiri dengan bebas”, demikian pegangan pengajar dalam mengelola kelas. Lebih kurang menguntungkan lagi kalau selama pembeiajar bekerja sendiri, pengajar juga aktif mengerjakan tugas sendiri dan pada saat waktu habis baru ditanyakan atau disusun. Percaya atau tidak bahwa hasil bekerja pembelajar belum memadai dan kurang terarah Akibat yang sering terjadi pembelajar merasa telah benar dengan tingkah laku dalam pengerjaan tugas, telah bertanggung jawab dalam kelompok atau kelas itu.
Tapi ternyata dibandingkan dengan kelompok lainnya kurang atau malahan lebih rendah. Kedua pendekatan inipun kurang menguntungkan, tanpa kontrol dan pengajar bersikap serta memandang ringan gejala-gejala yang muncul. Pihak pengajar dan pembelajar tampak bebas, kurang memikat.
4. Pendekatan Buku Masak
Pendekatan ini tidak didasarkan atas konsep teoritis atau landasan psikologis tertentu. Pendekatan ini merupakan kombinasi dari berbagai pandangan dan merupakan himpunan resep bagi guru. Pedekatan ini disebut pendekatan buku masak karena berisikan rakitan daftar tahap apa yang harus dilakukan guru dan tidakdilakukan guru didalam bereaksi atas berbagai situasi bermasalah, dan peran guru adalah mengikuti peran itu.
Pendekatan buku masak adalah pendekatan bentuk rekomendasi berisi daftar hal-hal yang harus dilakukan atau yang tidak harus dilakukan oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai tipe masalah manajemen kelas. Daftar tentang apa yang harus dilakukan ditemukan dalam artikel: tiga puluh cara untuk memperbaiki perilaku pserta didik, misalnya: karena daftar ini sering merupakan resep yang cepat dan mudah, pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan “buku masak”. Berikut ini adalah contoh khas jenis pernyataan yang dapat dijumpai dalam daftar “buku masak”:
Selalu menegur siswa secara empat mata
Jangan sekali-kali meninggikan suara pada saat/ waktu memperingati siswa
Tegas dan bertindak adilsewaktu berurusan dengan siswa
Jangan pandang bulu dalam memberikan penghargaan
Senantiasalah meyakinkan diri lebih dahulu akan
Kesalahan siswa sebelum melenjutkan hukuman
Selalulah meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui semua peraturan yang ada
Tetaplah konsekuen dalam menegakkan peraturan.
Pendekatan buku masak tidak dijabarkan atas dasar konsep yang jelas, sehingga tidak ditemukan prinsip-prinsip yang memungkinkan guru menerapkan secara umum pada masalah lain.
5. Pendekatan Instruksional
Pendekatan ini didasarkan pada suatu keyakinan bahwa perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang cermat ( carefull ) akan mencegah muncul prilaku bermasalah. Pendekatan ini menekankan bahwa perilaku guru dalam pembelajaran ialah mencegah atau menghentikan perilaku peserta didik yang tidak tepat.
Pendekatan instruksional adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebahagian besar masalah manajemen kelas.
Para penganjur pendekatan instruksional dalam manajemen kelas cenderung memandang perilaku instruksional guru mempunyai potensi mencapai tujuan utama manajemen kelas. Tujuan itu adalah:
1) Mencegah masalah manajerial kelas
2) Memecahkan masalah manajerial kelas
Cukup banyak contoh yang membuktikan bahwa kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik adalah merupakan faktor utama dalam pencegahan timbulnya masalah manajemen kelas.
Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengkomunikasikan harapan-harapan yang diinginkan guru. Instruksi yang jelas, sederhana, ringkas, tepat pada sasaran, sistematis akan membantu efektifitas manajemen kelas, sehingga masalah-masalah menyimpang yang disebabkan oleh pengarahan yang buruk dapat dihindari.
6. Pendekatan Pengubahan Perilaku (Modifikasi Perilaku)
Pendekatan ini memendan manajemen kelas sebagai proses modifikasi perilaku peserta didik. Peran guru adalah mempercapat tercapainya perilaku yang dikehendaki dan mengurangi atau menkankan perilaku yang baik dikehendaki. Dengan kata lain, guru membantu peserta didik mempelajari perilaku yang tepat dengan menggunakan prinsip – prinsip pengkondisian dan penguatan.
Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi behavuorisme. Prinsip utama yang mendasari pendekatan ini adalah perilaku merupakan hasil proses belajar. Prinsip ini berlaku baik bagi perilaku sesuai maupun perilaku yang menyimpang. Menympang disebabkan oleh salah satu dari dua alasan, yaitu:
1) Peserta didik telah belajar berperilaku yang tidak sesuai,
2) Peserta didik tidak belajar berperilaku yang sesuai.
Pendekatan pengubahan perilaku dibangun atas dasar dua asumsi, yaitu:
1) Empat proses dasar belajar,
2) Pengaruh kejadian-kejadian lingkungan.
Penguatan positif yakni pemberian penghargaan setelah terjadi satu perbuatan. Penghargaan menyebabkan perbuatan yang dikuatkan itu semakin meningkat. Perbuatan yang dihargai tersebut diperkuat dan diulangi dikemudian hari.
Contoh:
Nasir membuat karya tulis. Karya tulis itu sangat rapi. Kemudian karya tulis itu diserahkan kepada guru (=perbuatan, tingkah laku). Guru memuji karya tulis itu dan mengatakan bahwa karya tulis itu dan mengatakan bahwa karya tulis yang rapi lebih mudah dan enak dibaca dari pada karya tulis yang tidak rapi (=penguatan positif). Dalam karya tulis Nasir lebih bersungguh-sungguh dan tulisannya lebih rapi (=frekuensi perbuatan yang dikuatkan oleh meningkat).
Hukuman adalah pemberian pengalaman atau rangsangan yang tidak disukai atau tidak diinginkan sesudah terjadinya suatu perbuatan.
Contoh:
Tarjit membuat dan menyerahkan makalah yang tulisannya tidak rapi kepada gurunya (perbuatan peserta didik). Guru menegur Tarjit karena dia tidak rapi bekerja. Guru mengatakan kepadanya bahwa tulisan yang tidak rapi sukar dibaca. Guru menyuruh Tarjit menulis kembali makalah itu (hukuman). Dalam makalah berikutnya tulisan Tarjit bertambah baik (frekuensi perbuatan yang dihukum berkurang.
Penghentian adalah menahan suatupenghargaan yang diharapkan (menahan penguatan positif), yang dalam kejadian sebelumnya perbuatan seperti itu diberi penghargaan.
Contoh:
Marni yang pekerjaannya rapi selalu dihargai oleh guru. Ia menyiapkan sebuah karya tulis yang rapi, kemudian menyerahkannya kepada guru (perbuatan peserta didik yang sebelumnya dikuatkan oleh guru). Guru menerimanya, kemudian mengembalikannya kepada Marni tanpa komentar apa pun.
Penguatan negatif adalah penarikan rangsangan (hukuman) yang tidak diinginkan atau tidak disukai sesudah terjadinya suatu perbuatan. Yang menyebabkan frekuensi perbuatan itu meningkat. Menarik hukuman bermaksud memperkuat perilaku dan meningkatkan kecenderungan diulangi.
Contoh:
Iskandar adalah salah seorang peserta didik yang selalu menyerahkan pekerjaan (makalah) yang kurang rapi kepada gurunya. Meskipun guru selalu mengomeli Iskandar, pekerjaan Iskandar itu tidak bertambah rapi. Guru kali menerima pekerjaan Iskandar tanpa komentar dan tanpa omelan seperti biasanya (menarik hukuman). Ternyata pada kemudian hari pekerjaan Isakandar menjadi lebih baik (frekuensi perilaku meningkat).
Ada dua macam pendekatan untuk penguatan yang berselang waktu pendek, yaitu: penjadwalan selang waktu dan penjadwalan rasio. Penjadwalan selang waktu adalah penedekatan yang dipergunakan oleh guru mendorong siswa setelah batas waktu tertentu. Misalnya, guru yang menggunakan penjadwalan selang waktu akan mendorong seorang siswa setiap jam. Penjadwalan rasio adalah pendekatan yang digunakan oleh guru mendorong siswa setelah suatu perbuatan terjadi beberapa kali. Misal, guru yang menggunakan penjadwalan rasio akan mendorong siswa setelah perbuatan tertentu terjadi empat kali.
Penghargaan atau pendorong adalah suatu rangsangan untuk meningkatkan frekuensi perbuatan yang mendahuluinya. Hukuman adalah sesuatu yang mengurangi frekuensi perbuatan yang mendahuluinya.
Mempergunakan model
Model adalah proses dimana peserta didik dengan mengamati cara berprilaku orang lain mendapatkan prilaku yang baru. Sebagai suatu strategi manajemen model dapat dipandang sebagai suatu proses dimana guru melalui tingkah lakunya menampilkan nilai dan sikap, yang dikehendaki dimiliki ditampilkan oleh peserta didik.
Mempergunakan pembentukan
Pembentukan adalah suatu prosedur dimana guru meminta peserta didik menampilkan serangkaian perilaku yang mendekati atau mirip dengan prilaku yang diinginkan.
Mempergunakan sistem hadiah
Sistem hadiah biasanya terdiri dari tiga unsur. Unsur-unsur itu dimaksudkan untuk mengubah perilaku sekelompok peserta didik. Unsur-unsur itu berupa:
1) Seperangkat instruksi tertulis yang disiapkan dengan teliti, yang menggambarkan perilak peserta didik yang hendak dikuatkan atau didorong oleh guru,
2) Suatu sistem yang dirancang dengan baik untuk menghadiahkan barang kepada peserta didik yang menampilkan perilaku yang sesuai,
3) Seperangkat prosedur yang memberikan kesempatan kepada peserta didik saling bertukar hadiah yang mereka peroleh sebagai penghargaan, atau memberikan kesempatan terlbat dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Mempergunakan kontrak perilaku
Kontrak perilaku adalah suatu persetujuan antara guru dan peserta didik yang berperilaku menyimpang. Persetujuan itu menentukan perilaku yang disetujui oleh peserta didik untuk ditampilkan dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya apabila peserta didik menampilkan perilaku tersebut.
Mempergunakan jatah kelompok
Mempergunakan jatah kelompok adalah penggunaan prosedur dimana konsekuensi (penguatan atau hukuman) tidak hanya tergantung kepada perilaku seorang peserta didik tersendiri, melainkan juga kepada perilaku kelompoknya.
Penguatan alternatif yang tidak serasi
Penguatan alternatif yang tidak serasi yaitu penguatan yang bertentangan satu dengan yang lainnya. Penguatan itu terjadi pada situasi dimana guru menghargai perilaku yang tidak dapat terjadi bersamaan dengan perilaku menyimpang yang hendak dihilangkan oleh guru.
Mempergunakan penyuluhan perilaku
Penyuluhan perilaku adalah suatu proses yang meliputi pertemuan pribadi antara guru dan peserta didik. Penyuluhan perilaku ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik yang berperilaku menyimpang mengetahui bahwa perilakunya tidak sesuai dan merencanakan perubahan.
Mempergunakan pemantauan sendiri
Pemantauan diri sendiri diartikan sebagai pengelolaan diri sendiri dimana peserta didik mencatat aspek-aspek perilakunya agar ia dapat merubahnya.
Mempergunakan isyarat
Isyarat adalah suatu proses untuk merangsang berbuat atau tindakan mengingatkan secara verbal atau non-verbal yang digunakan oleh guru kepada peserta didiknya.
Pendekatan ini berdasar pada teori bahwa semua perilaku pembelajar baik yang disukai maupun yang tidak adalah hasil belajar. Melalui pendapat tersebut maka dapat dikenal prinsip-prinsip bahwa: Semua bentuk pendekatan yang berupa penguatan positif maupun negatif, hukuman, penghilangan berlaku dalam proses belajar bagi setiap tingkatan umur dan semua keadaan. Proses belajar sebagian atau bahkan seluruhnya dipengaruh oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan.
a) Pendekatan Penguatan
Teori pengubahan perilaku menyatakan bahwa penguatan perilaku tertentu sejalan dengan usaha belajar yang hasilnya akan memperoleh ganjaran. hadiah (penguatan atau pendorong).
Contoh : Pada akhir tahun ajaran. kelas akan memberi hadiah bagi yang meraih kejuaraan. Usaha pemberian hadiah atau ganjaran ini ini dimaksud untuk memberi penguatan tertentu agar muncul suatu penampilan perilaku baru yang semakin mantap. kuat dan disetujui. Perilaku yang diperbuat berupa perilaku yang disukai maupun yang tidak disukai. Perilaku tertentu yang diberi ganjaran cenderung untuk diteruskan.
Contoh : Di kelas seorang pembelajar menyenangi mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi kurang menyenangi pelajarn Matematika. Kedua perilaku terhadap dua pelajaran yang disenangi perlu diperkuat untuk mencapai tujuan-tujuan belajar tertentu. Bila perilaku yang disukai menghasilkan suatu hasil belajar dengan pola perilaku yang baik perlu diberi penguatan berikutnya berupa ganjaran atau hadiah. Berarti hasil belajar yang berupa perilaku itu dapat diteruskan. Penguatan dapat diberikan dalam berbagai bentuk.
Umumnya penguatan diberikan kepada pembelajar yang menampilkan tingkah laku yang baik dengan harapan agar perilaku tertentu yang dikuasai pembelajar disebut penguatan positif. Sebaliknya penguatan dengan jalan mengurangi atau menghilangkan perangsang yang tidak menyenangkan atau tidak memberi hasil kepada diri pembelajar disebut penguatan negatif.
b) Pendekatan penghukuman dan pengalihan
Teori pengubahan perilaku melalui penggunaan perangsang yang tidak menyenangkan bentuk menghilangkan perilaku yang tidak menyenangkan disebut penghukuman untuk menghilangkan atau meniadakan. Pendekatan penghukuman ini dianggap bermanfaat bila untuk segera menghentikan, menghilangkan penampilan tingkah laku yang tak disukai untuk segera dan sambil melaksanakan sistem penguatan yang tepat bagi kelayakan penampilan perilaku tertentu yang disukai.
Para penganut pendekatan pengubahan perilaku berpendapat bahwa: mengabaikan atau menghilangkan perilaku yang disukai dan memperlihatkan persetjuan terhadap perilaku yang disukai merupakan tindakan yang efektif untuk membina tingkah laku pembelajar dalam kelas, memperlihatkan persetujuan atas tingkah yang disukai merupakan kunci dalam pengelolaan kelas melalui pengubahan perilaku ini.
Melalui empat proses yakni penguatan positif, penguatan negatif, penghukuman dan penghilangan maka tugas pengajar adalah menguasai, menerapkan proses tersebut secara tepat serta mengawasi tingkah laku pembelajar dengan penuh kewaspadaan.
7. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
Pendekatan ini memandang bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi
dari hubungan yang baik antara pengajar dengan pembelajar, pembelajar dengan pembelajar.
Hubungan diharapkan merupakan jalinan ke arah hubungan antara pribadi yang dipengaruhi oleh:
a) Sikap keterbukaaan dan tidak berpura-pura,
b) Penerimaan dan kepercayaan pengajar kepada pembelajar dan sebaliknya,
c) Rasa simpati pengajar terhadap pembelajaranya.
Pengajar yang akan menerapkan pendekatan hubungan interpersonal (antar pribadi) perlu menyadari kenyataan bahwa “Cinta” dan “rasa harga diri” merupakan dua kebutuhan dasar yang ingin dimiliki oleh pembelajar jika pembelajir itu ingin mengembangkan perasaaii harga diri sukses. Suatu pengaiam sukses perlu muncul pada diri pembelajar dan pembelajar perlu belajar meraih sukses melalui ^engalaman sendiri. Tugas belajar dalam pengelolaan kelas adalah membuka kemungkinan sebesar-besarnya bagi pembelajar bertindak dan menghayati sendiri. Bagi pembelajar merupakan kesempatan untuk memandang .dirinya sebagai individu yang berharga. Oleh karena itu setiap pembelajar perlu dilayani dengan penuh penghargaan sehingga pengajar mengupayakan sejauh mungkin kemungkinan yang menimbulkan kegagalan yang efeknya bisa membunuh motivasi, kecemasan, tanpa harapan, dan menyingkirkan perangsang timbulnya tingkah laku menyimpang.
Kelas yang diliputi oleh hubungan inter personal yang baik merupakan kondisi yang beriklim sosio emosional yang baik. Kelas yang berkondisi dan bersituasi demikian menjadikan pembelajar merasa mau dan tentram tanpa suatu ancaman atau dikejar-kejar oleh kekuasaan, penekatan tertentu. Penekanan sistem sosio emosional berakar dari pandangan yang menutamakan hubungan saling menerima, sikap empati sebagai sesama manusia. Melalui pendekatan ini pembelajar benar-benar percaya bahwa pengajar penuh dedikasi dalam membina belajarnya. Apabila pembelajar perilaku menyimpang maka pengajar dapat memisahkan kesalahan dari orang yang berbuat salah, dan menolak perbuatan yang menyimpang.
Fungsi pengajar ialah mengembangkan hubungan baik dengan setiap pembelajar. Bila pengajar ingin secara maksimal membantu pembelajar belajar perlu melaksanakan sikap kesadaran diri sendiri, keterbukaan, sikap menerima, menghargai mau mengerti dan menaruh rasa empati. Ide-ide pokok pendekatan iklim sosio emosional ini dikemukakan oleh Carl Rogers. Sebagai rangkuman Rogers mengemukakan kondisi-kondisi yang mempengaruhi keberhasilan belajar yakni: Sikap pengajar terhadap pembelajar dalam bentuk penampilan diri secara wajar, penerimaan diri, dan rasa empati. Ide ini diperkuat oleh pendapat Girrot bahwa komunikasi yang interaktif perlu diselenggarakan bahwa oleh pengajar yang berorientasi pada pembelajar.
Menurut Glosser, penciptaan iklim sosio emosional terjadi bila tcrdapat keterlibatan pengajar dalam suasana belajar itu vmtuk mengembangkan tanggung jawab sosial dan merasa dirinya “berarti” bagi orang lain. Bagi mereka yang meiakukan perilaku meyimpang hendaknya dibantu untuk memperbaiki diri. Salah satu saran dan Glosser untuk mengatasi masalah kelas/kelompok hendaknya melalui pertemuan kelas untuk memecahkan masalah sosial. Pandangan Dreikurs terhadap iklim sosio emosional adalah :
• pentingnya suasana kelas yang demokratis pengajar, pengajar dan pembelajar bersama sama mewujudkan tanggung jawab terhadap kelas demi kelancaran belajar mengajar.
• pemikiran dan kewaspadaan terhadap pengaruh akibat-akibat tertenru baik akibat alamiah dan akibat logis.
Contoh akibat alamiah dari kekurang hati-hatian bekerja di laboratorium tangan terbakar, kompor meiedak, sedang akibat logisnya ialah pembelajar yang bersangkutan mengganti alat yang dirusakkan, menanggung de.i’a pada tangan yang terluka. Dengan pendekatan iklim sosio emosional ini pembelajar dipandang sebagai “keseluruhan pribadi yang sedang berkembang”, bukan semata-mata sebagai seorang yang mempelajari pelajaran tertentu saja.
Anggaran dasar dari pengelolaan kelas ini bahwa :
a) Kegiatan pembeiajar di sekolah berlangsung dalam suatu kelompok tertentu.
b) Kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki.
Pendekatan ini memangdang manajemen kelas sebagai proses menciptakan iklim sosio – emosional yang positif didalam kelas, peran guru disini adalah mengembangkan iklim sosio emosional kelas yang positif melalui pengembangan hubunga antar pribadi yang sehat. Dalam pendekatan ini juga terkandung peran guru sebagai fasilitator dan motifator bagi peserta didik untuk lebih berkembang dengan optimal.
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas berakar pada psikologi penyuluhan klinikal, dan karena itu memberikan arti yang sangat penting pada hubungan antar pribadi. Guru adalah penentu utama atas hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosio-emosional yang positif pula.
Ginott memberikan rekomendasi mengenai cara yang seyogyanya dilakukan oleh guru untuk berkomunikasi secara efektif sebagai berikut:
a) Alamatkan pernyataan kepada situasi siswa, jangan menilai dari hal yang dapat merendahkan diri siswa,
b) Gambarkanlah situasi, ungkapkan perasaan tentang situasi tersebut dan jelaskan maksud dan tujuan mengenai situasi tersebut,
c) Nyatakan perasaan yang sebenarnya yang akan meningkatkan pengertian siswa,
d) Hindarkan cara memusuhi dengan cara mengundang kerja sama dan memberikan kepada siswa kesempatan mengalami ketidak tergantungan,
e) Hindarkan sikap melawan dengan cara menghindarkan perintah yang memancing respons defensive,
f) Hargai, terima, dan hormati pendapat serta perasaan siswa dengan cara meningkatkan perasaan harga dirinya,
g) Hindarkan diagnosis dan prognosis yang akan menilai siswa karena dapat mengurangi semangat,
h) Jelaskan proses, dan tidak menilai pribadi, berikan bimbingannya,
i) Hindarkan pertanyaan dan komentar yang memungkinkan memancing sikap menolak dan mengundang sikap menentang.
j) Tolak godaan memberikan kepada siswa pemecahan yang ditawarkan secara tergesa-gesa, pergunakanlah waktu untuk memberikan bimbingan yang diperlukan oleh siswa untuk memecahkan masalahnya,
k) Hilangkan sarkase, karena hal itu akan mengurangi harga diri peserta didik,
l) Usahakan penjelasan yang singkat, hindarkan ceramah yang bertele-tele yang akan mengurangi semangat dan motivasi belajar,
m) Pantau dan waspadalah terhadap dampak kata-kata yang disampaikan kepada siswa,
n) Berikan pujian yang bersifat menghargai, karena hal itu produktif. Tetapi hindarkan pujian yang bersifat menilai karena hal itu destruktif,
o) Dengarkanlah apa yang diungkapkan peserta didik dan dorong mereka untuk memberikan ide-ide dan pikiran yang cemerlang.
Pandangan lain yang dapat digolongkan sebagai pendekatan sosio-emosional adalah dari glesser. Glesser menekankan pentingnya ketertiban guru dengan menggunakan strategi manajemen yang disebutnya terapi kenyataan. Jadi, untuk mengembangkan identitas keberhasilan yang penting adalah ketertiban. Glesser mengemukakan delapan langkah untuk membantu peserta didik untuk membantu mengubah perilakunya, yatu:
a) Secara pribadi melibatkan diri dengan siswa, menerima siswa tetapi bukan kepada perilakunya yang menyimpang, menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahkan masalah,
b) Memberikan uraian tentang perilaku siswa, menangani masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa,
c) Membantu siswa membuat penilaian/pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah itu. Pusatkan perhatian kepada apa yang dilakukan siswa yang menimbulkan masalah tersebut,
d) Membantu siswa merencanakan tindakan yang lebih baik, jika perlu berikan alternatif yang dapat membantu siswa tersebut, bantu siswa membuat keputusan berdasarkan penilaiannya atas alternatif yang ada untuk mengembangkan perasaaan tanggung jawab,
e) Membimbing siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuat,
f) Meendorong siswa melaksanakan rencananya dan memelihara keterkaitannya dengan rencana tersebut, yakinkan siswa bahwa guru mengetahui kemajuan-kemajuan yang dibuatnya,
g) Tidak menerima pernyataan maaf kepada siswa apabila siswa gagal melanjutkan keterkaitannya, bantulah ia memahami bahwa ia sendiri yang bertanggung jawab atas perilakunya, ingatkan siswa akan perlunya rencana yang lebih baik, menerima pernyataan maaf berarti tidak menyelesaikan masalah,
h) Memberikan kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang menyimpang tetapi jangan menghukumnya, bantulah siswa mencoba lagi menyusun rencana yang lebih baik dan mengingatkan diri dengan rencana tersebut.
Sementara Drekurs daalm kaitan dengan pendekatan sosio-emosional mengemukakan gagasan penting yang mempunyai implikasi bagi manajemen kelas yang efektif. Dua diantaranya adalah:
1) penekanan pada kelas yang demokratis dimana siswa dan guru berbagi tanggung jawab, baik dalam proses maupun dalam langkah maju,
2) pengakuan akan pengaruh konsekuensi wajar dan logis atas perilaku siswa.
Dalam suasana kelas yang demokratis siswa diharapkan diperlukan sebagai orang yang bertanggung jawab, individu yang mempunyai harga diri, yang mampu membuat keputusan dan memecahkan persoalan dengan terampil. Kelas yang denokratis dapat membantu mengembangkan suasana saling mempercayai antara guru dan siswa, dan antara sesama siswa. Guru yang demokratis membimbing peserta didik, guru yang otokratis mendominasi, guru yang laissez-faire lepas tanggung jawab.
Menggunakan konsekuensi logis adalah akibat yang diterima dari sebab perilaku peserta didik itu sendiri. Agar dapat dipandang sebagai konsekuensi logis, siswa harus memandang konsekuensi itu sebagai sesuatu yang wajar. Konsekuensi logis sebagai realitas tertib sosial yang berkaitan langsung dengan perilaku yang menyimpang. Tidak termasuk unsur pertimbangan moral, dan hanya menyangkut apa yang akan terjadi dikemudian hari.
Kelas yang demokratis dapat membantu mengembangkan suasana saling mempercayai antara guru dan siswa, dan antara sesama siswa. Guru yang demokratis membimbing peserta didik, guru yang otokratis mendominasi, guru yang laissez-faire lepas tanggung jawab.

8. Pendekatan Proses Kelompok
Dalam pendekatan ini menempatkan kelas sebagai suatu sistem social dimana proses kelompok dalam sistem tersebut menjadi hal penting yang paling utama, asumsi dasarnya ialah bahwa pembelajaran itu terjadi didalam kelompok olehkarena itu, hakekat dan perilaku kelompok kelas dipandang sebagai faktor yang memiliki pengaruh berarti (signifikan) terhadap belajar, bahkan dalam proses belajar indifidual sekalipun. Peran guru ialah mempercepat perkembangan dan terwujudnya kelompok kelas yang efektif.
Penggunaan pendekatan proses kelompok ini menekankan pentingnya ciri-ciri kelompok yang sehat yang terdapat dalam kelas yang didukung adanya saling berhubungan antar pembelajar dalam kelompok di kelas itu. Peranan pengajar diutamakan pada upaya mengembangkan dan mempertahankan ke eratan hubungan antar pembelajar semangat produktivitas, dan orientasi pada tujuan kelompok bukan tujuan pribadi. Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas pemakaian pemdekatan proses kelompok didasarkan atas pertimbangan bahwa perilaku yang menyirnpang pada dasarnya bukan peristiwa yang menimpa perorangan tetapi menyangkut banyak orang dalam kelompok berupa peristiwa sosial yang harus ditanggung oleh sekelompok orang. Tujuan utama dari pendekatan proses kelompok ini ialah membantu kelompok bertanggung jawab atas perbuatan kelompok anggota-anggotanya dalam kegiatan kelompok sendiri. Kelompok yang berfungsi secara efektif dapat melakukan pengawasan yang mantap terhadap terhadap anggota-anggotanya.
Dalam pelaksanaan pendekatan proses kelompok yang harus diperhatikan oleh pengajar ialah :
• Meningkatan daya tarik dan ikatan bagi anggota-anggotanya melalui menumbuhkan sikap saling menghargai, komunikasi yang tepat,
• Mengembangkan aturan-aturan dan norma kelompok yang menayangkan, produktif, diterima oleh semua anggota, kompak, bersatu dan bertanggungjawab.
• Menurut Schmuck dan Schmuck ada 6 unsur yang menyangkut pengelolaan kelas melalui proses kelompok yakni harapan, kepemimpinan, kemenarikan, norma, komunikasi dan keeratan hubungan.
1) Harapan merupakan persepsi yang ada pada pengajar dan pembelajar tentang hubungan mereka. Harapan yang akan menyangkut bagaimana anggota kelompok berperilaku amat berpengaruh terhadap suatu kelompok yang efektif. Harapan yang berkembang adalah harapan pada diri pengajar dan pembelajar yang realistik tepat. secara ielas dimengerti oleh pengajar dan pembelajar. Perilaku pengajar menampakkan harapan-harapan yang berkenaan dengan perilaku pembelajar, serta pembelajar berperilaku sesuai dengan harapan pengajar. Semestinya pengajar memiliki harapan agar pembelajamya berperilaku baik sesuai dengan norma kelompok kelasnya.
2) Kepemimpinan diartikan sebagai pola perilaku yang mendorong kelompok bergerak ke arah pencapaian tujuan yang diharapkan. Kepemimpinan tak dapai dipisahkan dengan :
• tindakan-tindakan anggota kelompok
• menumbuhkan norma kelompok
• menggerakkan kelompok untuk berbuat
• mengorganisasikan tindakan kelompok
• mejiingkatkan mutu interaksi antar kelompok
Juga dalam membina keeratan kelompok. Suatu kelompok dalam kelas tercipta jika terdapat kepemimpinan yang didistribusikan pada semua anggota kelompok. Sehingga setiap anggota merasakan bahwa mereka mempunyai tanggung melaksanakan tugas kelompok dengan baik. Pengajar yang efektif dalam pengelolaan kelas proses kelompok ini adalah pengajar yang mampu menciptakan iklim di mana pembelajar mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan dengan baik yang berorientasi pada tujuan.
3) Kemenarikan berkaitan erat dengan pola keakraban dalam hubungan kelompok. Kemenarikan dapat juga diartikan sebagai tingat hubungan persahabatan di antara para anggota kelompok. Tingkat kemenarikan ini tergantung pada hubungan interpersonal yang positif. Berarti melalui hubungan interpersonal yang baik, positif di antara para anggota kelompok memungkinkan dalam pengelolaan kelas dapat dihindari tingkah laku yang menyimpang. Untuk itu usaha pengajar meningkatkan sikap menerima dari para anggota terhadap situasi dan perubahan ataupun hadirnya orang lain akan membantu efektivitas pengelolaan kelas melalui proses kelompok.
4) Norma adalah suatu pedoman tentang cara berpikir, cara merasakan (menghayati), dan bagaimana bertingkah laku yang diakui bersama oleh anggota kelompok. Norma amat besar pengaruhnya dengan hubungan interpersonal, sebab norma memberikan pedoman tentang apa yang diharapkan dari orang lain. Norma kelompok yang efektif adalah yang menjamin prpduktivitas kelompok dan sebaliknya. Tugas pengajar dalam membantu kelompok adalah mengembangkan, menerima dan mempertahankan norma norma kelompok yang produktif. Norma kelompok akan membantu pembelajar untuk bertingkah laku. Norma tidak dapat dipaksakan. Tetapi norma yang produktif akan berkembang sedang norma yang sah produktif akan disingkirkan kelompok. Diskusi kelompok salah satu penerapan metode untuk memberikan norma yang produktif.
5) Komunikasi baik vertikal maupun non verbal merupakan dialog antar anggota kelompok.
Komunikasi melibatkan kemampuan individu untuk sdaling mengemukakan ide-ide dalam perasaan orang lain. Dengan komunikasi akan terjadilah interak,si antar anggota kelompok yang memungkinkan terjadinya proses kelompok yang efektif. Dalam komunikasi yang efektif terjadi bahwa penerima mampu menafsirkan informasi secara benar atau melalui proses yang benar. Tugas pengajar adalah menumbuhkan interaksi dan komunikasi ganda yakni membukakan saluran komunikasi yang memungkinkan semua pelajar secara bebas mengemukakan pikiran dan perasaan serta mau menrima pikiran dan perasaan yang dikumunikasikan oleh pengajar atau kepada pengajar. Untuk itu pengajar perlu mengembangkan kemampuan khusus berkomunikasi.
6) Keeratan berkaitan dengan rasa kebersamaan yang dimiliki oleh kelompok. Keeratan menekankan pada hubungan individu tehadap kelompok secara keseluruhan, bukan hubungan individu lain. Yang mendorong berkembangnya keeratan dalam kelompok adalah:
• Adanya minat yang besar terhadap tugas-tugas kelompok,
• Para anggota saling menyukai,
• Kelompok memberikan prestise tertentu kepada anggotanya.
Keeratan kelompok dapat tumbuh apabila kebutuhan individu danat terpenuhi dengan jalan menjadi anggota kelompok itu. Pengajar dapat mengelola kelas secara efektif karena ia mampu menciptakan kelompok yang erat dan memiliki Donna yang terarah pada tujuan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implikaa dari pengelolaan kelas yang melalui proses kelompok harus berfungsi dan terarah pada tujuan dengan memperhatikan:
a) Pengajar mampu mengungkapkan harapan dalam hubungan interpersonal antar anggota/kelompok,
b) Pengajar mampu mewujudkan pengarah-pengarcin,
c) Pengajar memperlihatkan rasa kemenarikan dan empati dalam membantu pembelajar (saling menerima. saling memberi, menyediakan kesempatan),
d) Pengajar membantu pembelajar mengatasi konflik antara peraturan kelompok dengan norma kelompok, juga dengan sikap-sikap individu,
e) Pengajar mampu mewujudkan keterampilan berkomunikasi,
f) Pengajar mampu meningkatkan keeratan hubungan antar anggota dalam kelompok terhadap.
Premis utama yang mendasari pendekatan proses kelompok didasarkan pada asumsi berikut:
1) kehidupan sekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas,
2) tugas pokok guru adalah menciptakan dan membina kelompok kelas yang efektif dan produktif,
3) kelompok kelas adalah suatu sistem sosial yang mengandung ciri yang terdapat pada sistem sosial,
4) pengelolaan kelas oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang menunjang terciptanya suasana belajar yang menguntungkan.
Schmuck dan Weber mengemukakan enam ciri mengenai manajemen kelas, yaitu: harapan, kepemimpinan, daya tarik, norma, komunikasi, dan keterpaduan.
Harapan adalah persepsi yang dimiliki oleh guru dan siswa mengenai hubungan mereka satu sama lain. Persepsi tersebut adalah perkiraan individual tentang cara berperilaku diri sendiri dengan orang lain. Oleh karena itu, harapan yang bagaimana anggota kelompok akan berperilaku akan sangat mempengaruhi cara guru dan siswa dalam hubungan mereka satu dengan yang lainnya.
Kepemimpinan paling tepat diartikan sebagai perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju pencapaian tujuannya. Jadi, perilaku kepemimpinan terdiri dari tindakan anggota kelompok, termasuk didalamnya tindakan yang membantu penetapan norma kelompok yang menggerakkan kelompok ke arah tujuan, yang memperbaiki mutu interaksi antara anggota kelompok, dan yang menciptakan keterpaduan kelompok.
Daya tarik menunjuk pada pola-pola persahabatan dalam kelompok kelas. Daya tarik dapat digambarkan sebagai tingkat persahabatan yang terdapat diantara para anggota kelompok kelas. Tingkat daya tarik tergantung pada sejauh mana hubungan antar pribadi yang positif telah berkembang. Pengelola kelas yang efektif adalah seorang yang membantu mengembangkan hubungan antar pribadi yang positif antara para anggota kelompok. Misalnya, guru berusaha meningkatkan sikap menerima terhadap para siswa yang tidak disukai oleh anggota-anggota baru.
Norma adalah penghargaan bersama mengenai cara berfikir, cara berperasaan, dan cara berperilaku para anggota kelompok. Norma sangat mempengaruhi hubungan antar pribadi kaena norma tersebut memberikan pedoman yang membantu para anggota memahami apa yang diharapkan dari mereka. Norma kelompok yang produktif adalah hakiki bagi efektifitas kelompok. Oleh karena itu, salah satu tugas guru adalah membantu kelompok menciptakan, menerima, dan memelihara norma kelompok yang produktif.
Komunikasi, baik verbal maupun non-verbal adalah dialog antara anggota kelompok. Komunikasi yang efektif berarti menerima pesan menafsirkan dengan tepat pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan.
Keterpaduan adalah menyangkut perasaan kolektif yang dimiliki oleh anggota kelas mengenai kelompok kelasnya. Keterpaduan menekankan hubungan individu dengan kelompok sebagai suatu keseluruhan.
Kelompok menjadi satu karena alasan:
1) Para anggota saling menyukai satu dengan yang lain,
2) minat yang besar terhadap pekerjaan,
3) kelompok memberikan harga diri kepada para anggotanya.
Sebagai pembanding anda pelajari jenis kegiatan pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Johnson dan Mary Bany, bahwa penglolaan kelas ditekankan adanya :
a) Kemudahan (fasilitation), merupakan tingkah laku pengelolaan yang mengembangkan atau mempermudah perkembangan kondisi-kondisi positif di kelas, antara lain meliputi:
1) Terbinanya kesatuan dan kerjasama,
2) Mengembangkan aturan dan prosedur kerja,
3) Menerapkan kondisi-kondisi positif,
4) Menyesuaikan dengan pola tingkah laku kelompok.
b) Pertahanan, merupakan pola tingkah laku pengelolaan untuk memperbaiki dan memper-
tahankan kondisi yang efektif dalam kelas, antara lain:
1) Mempertahankan semangat,
2) Mengatasi konflik,
3) Mengurangi masalah pengelolaan yang bersifat kelompok.
Melengkapi pendapat dari nilai-nilai tersebut Kounin mengemukakan tingkah laku yang penting dalam pengelaolaan kelas yang sukses yaitu kegiatan penghayatan, peliputan, gerak sesuai dengan target dan waktiu perhatian yang terpusat pada kelompok semua tingkah laku lebih menyangkut pembelajar sebagai kelompok kelas. Demikian efektivitas proses kelompok dalam pengelolaan kelas tergantung dari gerak dan dinamika kelompok.
9. Pendekatan Eklektik
Pendekatan elektrik adalah pendekatan yang menggabungkan semua aspek yang terbaik dari semua pendekatan yang ada. Wilford A.Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai pendekaan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna secra filsofis, teoretis, dan psikologis dinilai benar, bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi disebut pendekatan eklektik [Wiford A.Weber, 1986]. Untuk dapat menerapkan pendekatan eklektik guru harus menguasai dua syarat yaitu:
1) menguasai pendekatan manajemen kelas yang potensial, seperti pendekatan pengubahan perilaku, penciptaan iklim sosio-emosional, proses kelompok,
2) dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur dengan baik sesuai dengan masalah manajemen kelas [M.Entang dan T.Raka Joni, 1983:43].
Jadi kesimpulannya adalah bahwa kemampuan guru memilih strategis manajemen kelas yang tepat sangat tergantung pada kemampuannya menganalisis masalah manajemen kelas yang dihadapinya. Pendekatan perubahan tingkah laku yang dipilih, misalnya bila tujuan tindakan manjemen kelas yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah laku peserta didik yang baik dan atau menghilangkan perilaku peserta didik yang kurang baik, pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan apabila sasaran tindakan manajemen kelas adalah peningkatan hubungan antara pribadi guru dengan peserta didik, sementara itu pendekatan proses kelompok dianut bila seorang guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.
Untuk dapat menerapkan pendekatan eklektik guru harus menguasai dua syarat, yaitu:
1) menguasai pendektan manajemen kelas yang potensial, seperti pendekatan pengubahan perilaku, penciptaan iklim sosio-emosional, proses kelompok,
2) dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur dengan baik sesuai dengan masalah manajemen kelas.
Pendekatan perubahan tingkah laku yang dipilih, misalnya bila tujuan tindakan manajemen kelas yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah laku peserta didik yang baik dan atau menghilangkan perilaku peserta didik yang kurang baik, pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan apabila sasaran tindakan manajemen kelas adalah peningkatan hubungan antara pribadi guru dengan peserta didik, sementara itu pendekatan proses kelompok dianut bila seorang guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.
Pendekatan eklektik adalah pendekatan yang menggabungkan semua aspek yang terbaik dari semua pendekatan yang ada. Wilford A.Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari bebagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna secara filsofis, teoretis, dan psikologis dinilai benar, bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi disebut pendekatan eklektik.
Jadi kesimpulannya adalah bahwa kemampuan guru memilih strategis manajemen kelas yang tepat sangat tergantung pada kemampuannya menganalisis masalah manajemen kelas yang dihadapinya.
Pendekatan perubahan tingkah laku yang dipilih, misalnya bila tujuan tindakan manajemen kelas yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah laku peserta didik yang baik dan atau menghilangkan perilaku peserta didik yang kurang baik, pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan apabila sasaran tindakan manajemen kelas adalah peningkatan hubungan antara pribadi guru dengan peserta didik, sementara itu pendekatan proses kelompok dianut bila seorang guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.
10. Pendekatan Analitik Pluralistik
Pendekatan jamak / pluralistic ini tidak mengikat guru kepada strategi managerial tunggal melainkan member peluang kepada guru untuk mempertimbangkan seluruh strategi yang dapat dan tepat dilakukan, defenisi managemen kelas yang merefeksikan kejamakan pendekatan itu, kiranya dapat dirumuskan sebagai perangkat kegiatan dimana guru mengembangkan dan memelihara kondisi kelas yang dapat mendorong terjadinya pembelajaran yang efektif dan efisien. Brophy putnan ( good dan brophy 1990 ) menyebutnya sebagai pendekatan optimal yaitu sebagi proses pengembangan lingkungan belajar yang dikehendaki dan menekankan sekecil mungkin pembatasan – pembatasan.
Sembilan pendekatan yang diuraikan didepan menggambarkan pendekatan manajemen kelas yang berlainan, baik penganjuran dan pemakainnya. Saran dan harapan yang perlu dipertimbangkan adalah menggunakan pendekatan analitik pluralistik.
Setiap pedekatan ada penganjuran dan pemakainnya. Tidak ada anjuran dan saran untuk menganut dan menggantungkan diri pada setiap pendekatan.
Guru yang bijaksana adalah menghargai pendekatan dan strategis manajemen kelas yang mempunyai konsep yang baik. Dengan demikian, pendekatan analitik pluralistik memperluas jangkauan pendekatan. Pendekatan analitik pluralistik tidak mengikat guru pada serangkaian strategi manjerial tertentu saja. Guru mempertimbangkan semua strategi yang mungkin efektif. Terdapat empat tahap pendekatan analitik pluralistik yang perlu dicermati dalam penggunaannya.
Berbeda dengan pendekatan eklektik, pendekatan analitik pluralistik memberi kesempatan kepada guru memilih strategi manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan manajemen kelas yang dianggap mempunyai potensi terbesar berhasil menanggulangi masalah manajemen kelas dalam situasi yang telah dianalisis. Guru yang bijaksana menghargai pendekatan dan strategi manajemen kelas yang mempuyai konsep yang baik. Dengan demikian, pendekatan analitik pluralistic memperluas jangkauan pendekatan. Pendekatan analitik pluralistic tidak mengikat guru pada serangkaian strategi manajerial tertentu saja. Guru mempertimbangkan semua strategi yang mungkin efektif. Terdapat empat tahap pendekatan analitik pluralistic yang perlu dicermati dalam penggunaannnya.
Sembilan pendekatan yang diuraikan didepan menggambarkan pendekatan manajemen kelas yang berlainan, baik penganjuran dan pemakaiannya. Saran dan harapan yang perlu dipertimbangkan adalah menggunakan pendekatan analitik pluralistik.
Setiap pendekatan ada penganjuran dan pemakaiannya. Tidak ada anjuran dan saran untuk menganut dan menggantungkan diri pada setiap pendekatan.
Guru yang bijaksana menghargai pendekatan dan strategi manajemen kelas yang mempunyai konsep yang baik. Dengan demikian, pendekatan analitik pluralistik memperluas jangkauan pendekatan. Pendekatan analitik pluralistik tidak mengikat guru pada serangkaian strategi manjerial tertentu saja. Guru mempertimbangkan semua strategi yang mungkin efektif.
Terdapat empat tahap pendekatan analitik pluralistik yang perlu dicermati dalam penggunaannya.
a) Menentukan kondisi kelas yang diinginkan
Langkah pertama dalam proses memanajemeni kelas yang efektif adalah menentukan kondisi kelas yang ideal. Guru perlu mengetahui dengan jelas dan memahami tentang kondisi kelas yang menurut penilaiannya akan memungkinkan mengajar secara efektif. Keuntungan utama terciptanya kondisi kelas yang diyakini guru sesuai adalah:
1) guru tidak memandang kelas semata-mata hanya sebagai reaksi atas masalah yang timbul,
2) guru aakn memiliki seperangkat tujuan yang mengarahkan upayanya dan yang menjadi tolak ukur penilaian atas hasil upayanya.
Daya tarik menunjuk pada pola-pola persahabatan dalam kelompok kelas. Daya tarik dapat digambarkan sebagai tingkat persahabatan yang terdapat diantara para anggota kelompok kelas. Tingkat daya tarik tergantung pada sejauh mana hubungan antar pribadi yang positif telah berkembang. Pengelolaan kelas yang efektif adalah seorang yang membantu mengembangkan hubungan antar pribadi yang positif antara para anggota kelompok. Misalnya, guru berusaha meningkatkan sikap menerima terhadap para siswa yang tidak disukai oleh anggota-anggota baru.
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas berakar pada psikologi penyuluhan klinikal, dan karena itu memberikan arti yang sangat penting pada hubungan antar pribadi. Guru adalah penentu utama atas hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosio-emosional yang positif pula.
Pendekatan pengubahan perilaku di dasarkan pada prinsip-prinsip psikologi behavuorisme. Prinsip utama yang mendasari pendekaatn ini adalah perilaku merupakan hasil proses belajar. Prinsip ini berlaku baik bagi perilaku sesuai maupun perilaku yang menyimpang. Menyimpang disebabkan oleh salah satu dari dua alasan, yaitu:
1) Peserta didik telah belajar berperilaku yang tidak sesuai,
2) Peserta didik tidak belajar berperilaku yang sesuai.
Pendekatan pengubahan perilaku dibangun atas dasar dua asumsi, yaitu:
1) Empat proses dasar belajar,
2) Pengaruh kejadian-kejadian lingkungan.
Penguatan positif yakni pemberian penghargaan setelah terjadi suatu perbuatan. Penghargaan menyebabkan perbuatan yang dikuatkan itu semakin meningkat. Perbuatan yang dihargai tersebut diperkuat dan diulangi dikemudian hari.
Sembilan pendekatan yang diuraikan didepan menggambarkan pendekatan manajemen kelas yang berlainan, baik penganjuran dan pemakaiannya. Saran dan harapan yang perlu dipertimbangkan adalah menggunakan pendekatan analitik pluralistik.
Setiap pendekatan ada penganjuran dan pemakaiannya. Tidaka ada anjuran dan saran untuk meenganut dan menggantungkan diri pada setiap pendekatan.
b) Menganalisis kondisi kelas yang nyata
Analisis ini memungkinkan guru mengetahui:
1) kesenjangan antara kondisi sekarang dan yang diharapkan, kemudian menentukan kondisi yang perlu mendapat perhatian segera dan mana yang dapat diselesaiakan kemudian, dan kondisi mana yang memerlukan perhatian,
2) masalah yang mungkin terjadi yakni kesenjangan yang mungkin timbul jika guru gagal mengambil tindakan pencegahan,
3) kondisi sekarang yang perlu dipelihara dan dipertahankan karena dianggap sudah baik.
Asumsi tahap kedua dari analitik pluralistik ini adalah bahwa guru yang efektif adalah guru yang terampil menganalisis interaksi kelas dan peka terhadap apa yang sedang terjadi dikelasnya.
Pendekatan intimidasi adalah penekanan pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman, serta menyalahkan.
Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras. Teguran keras adalah perintah verbal yang diberikan pada situasi tertentu dengan maksud untuk segera menghentikan perilaku siswa yang menyimpang.
Sekalipun pendekatan intimidasi telah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat banyak kecaman terhadap pendekatan ini. Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala masalahnya, bukan masalah itu sendiri. Kelemahan yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik.
Pendekatan otoriter menawarkan lima strategi yang dapat diterapkan dalam memanajemeni kelas, yaitu:
1) Menciptakan dan menegakkan peraturan adalah kegiatan guru menggariskan pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan kepada peserta didik apa yang diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, kegiatan menciptakan dan menegakkan peraturan adalah proses mendefinisikan dengan jelas dan spesifik harapan guru mengenai perilaku peserta didik. Maksud peraturan ini adalah menuntun dan membatasi perilaku peserta didik.
2) Memberikan perintah, pengarahan, dan pesan adalah strategi guru dalam mengendalikan perilaku peserta didik agar peserta didik melakukan sesuatu yang diinginkan guru.
3) Menggunakan teguran ramah adalah strategi memanajemeni kelas yang digunakan guru memarahi peserta didik yang berperilaku tidak sesuai, yang melanggar peraturan dengan cara lemah lembut.
4) Menggunakan pengendalian dengan maksud mendekati adalah tindakan guru bergerak mendekati peserta didik yang dilihatnya berperilaku menyimpang. Strategi ini dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan.
5) Menggunakan pemisahan dan pengucilan adalah strategi guru dalam merespon perilaku menyimpang pesera didik yang tingkat penyimpangannya cukup berat.
Langkah pertama dalam proses memanajemeni kelas yang efektif adalah menentukan kondisi kelas yang ideal. Guru perlu mengetahui dengan jelas dan memahami tentang kondisi kelas yang menurut penilaiannya akan memungkinkan mengajar secara efektif. Keuntungan utama terciptanya kondisi kelas yang diyakini guru sesuai adalah:
1) guru tidak memandang kelas semata-mata hanya sebagai reaksi atas masalah yang timbul,
2) guru akan memiliki seperangkat tujuan yang mengarahkan upayanya dan yang tolak ukur penilaian tas hasil upayanya.
Daya tarik menunjukkan pada pola-pola persahabatan dalam kelompok kelas. Daya tarik dapat digambarkan sebagai tingkat persahabatan yang terdapat diantara para anggota kelompok kelas. Tingkat daya tarik tergantung pada sejauh mana hubungan antar pribadi yang positif telah berkembang. Pengelola kelas yang efektif adalah seorang yang membantu mengembangkan hubungan antar pribadi yang positif antara para anggota kelompok. Misalnya, guru berusaha meningkatkan sikap menerima terhadap para siswa yang tidak disukai oleh anggota-anggota baru.
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam memanajemeni kelas berakar pada psikologi penyuluhan klinikal, dan karena itu memberikan arti yang sangat penting pada hubungan antar pribadi. Guru adalah penentu utama atas hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosio-emosional yang positif pula.
Analisi ini memungkinkan guru mengetahui:
1) Kesenjangan antara kondisi sekarang dan yang diharapkan, kemudian menentukan kondisi yang perlu mendapat perhatian segera dan mana yang dapat diselesaikan kemudian, dan kondisi mana yang memerlukan perhatian,
2) Masalah yang mungkin terjadi yakni kesenjangan yang mungkin timbul jika guru gagal mengambil tindakan pencegahan,
3) Kondisi sekarang yang perlu dipelihara dan dipertahankan karena dianggap sudah baik.
Sekalipun pendekatan telah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat banyak kecaman terhadap pendekatan ini. Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala masalahnya, bukan masalah itu sendiri. Kelemahan yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik.
Analisis ini memungkinkan guru mengetahui:
1) Kesenjangan antara kondisi sekarang dan yang diharapkan, kemudian menetukan kondisi yang perlu mendapat perhatian segera dan mana yang dapat diselesaikan kemudian, dan kondisi mana yang memerlukan perhatian,
2) Masalah yang mungkin terjadi yakni kesenjangan yang mungkin timbul jika guru gagal mengambil tindakan pencegahan, dan
3) Kondisi sekarang yang perlu dipelihara dan dipertahankan karena dianggap sudah baik.
Asumsi dari tahap kedua dari analitik pluralistik ini adalah bahwa guru yang efektif adalah guru yang terampil menganalisis interaksi kelas dan peka terhadap apa yang sedang terjadi dikelasnya.
c) Memilih dan menggunakan strategi pengelolaan
Guru yang efektif adalah guru yang menguasai berbagai strategi manajemen yang terkadang didalam berbagai pendekatan manajemen kelas, dan mampu memilih serta menggunakan strategi yang paling sesuai dalam situasi tertentu yang telah dianalisis sebelumnya. Proses pemilihan ini dianggap sebagai suatu kerja komputer, guru memeriksa strategi-strategi yang tersimpan dalam sel-sel komputer dan memilih strategi yang memberikan harapan untuk meningkatkan kondisi yang dianggap sesuai.
Pendekatan ini sedikit penganjurnya. Pendekatan ini kurang menyadari bahwa sekolah dan kelas adalah sistem sosial yang memiliki pranata-pranata sosial. Perbuatan yang bebas tanpa batas akan memperkosa dan mengancam hak-hak orang lain.
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pendekatan ini dalam bentuknya yang murni tidak produktif diterapkan dalam situasi atau lingkungan sekolah dan kelas. Para peserta didik sebaiknya memperoleh kesempatan secara psikologi memikul resiko yang aman, mengatur kegiatan sekolah sesuai cakupannya, mengembangkan kemampuan memimpin diri sendiri, disiplin sendiri, dan tanggung jawab sendiri.
Pendekatan ini adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebahagian besar masalah manajemen kelas.
Para penganjur pendekatan ini dalam manajemen kelas cenderung memandang perilaku ini guru mempunyai potensi mencapai tujuan utama manajemen kelas. Tujuan itu adalah:
1) Mencegah masalah manajerial kelas,
2) Memecahkan masalah manajerial kelas.
Cukup banyak contoh yang membuktikan bahwa kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik adalah merupakan faktor utama dalam pencegahan timbulnya masalah manajemen kelas.
Premis utama yang mendasari pendekatan proses kelompok didasarkan pada asumsi berikut:
1) Kehidupan sekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas,
2) Tugas pokok guru adalah menciptakan dan membina kelompok kelas yang efektif dan produktif,
3) Kelompok kelas adalah suatu sistem sosial yang mengandung ciri yang terdapat pada sistem sosial,
4) Pengelolaan kelas oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang menunjang terciptanya suasana belajar yang menguntungkan.
Schmuck dan Weber mengemukakan enam ciri mengenai manajemen kelas, yaitu: harapan, kepemimpinan, daya tarik, norma, komunikasi, dan keterpaduan.
Harapan adalah persepsi yang di miliki oleh guru dan siswa mengenai hubungan mereka satu sama lain. Persepsi tersebut adalah perkiraan individual tentang cara berprilaku diri sendiri dengan orang lain. Oleh karna itu, harapan yang bagaimana anggota kelompok akan berprilaku sangat mempengaruhi cara guru dan siswa dalam hubungan mereka satu dengan yang lain.
Kepimimpinan paling tepat di artikan sebagai prilaku yang bantu kelompok bergerak menuju penca[aian tujuannya. Jadi, prilaku kepimimpinan terdiri dari tindakan anggota kelompok, termasuk di dalamnya tindakn yang membantu penetapan norma kelompok yang menggerakan kelompok ke arah tujuan,yang memperbaiki muu interaksi antara anggota kelompok, dan yang menciptakan keterpaduan kelompok.
Ada dua macam pendekatan untuk penguatan yang berselang waktu pendik yaitu: penjadwalan selang waktu dan penjadwalan razio. Penjadwalan selang waktu adalah pendekatan yang di pergunakan oleh guru mendorong siswa setelah batas waktu tertentu. Misalnya, guru yang menggunakan penjadwalan selang waktu akan mendorong seorang siswa setiap jam. Penjadwala razio adalah pendekatan yang di gunakan oleh guru mendorong siswa setelah suatu perbuatan terjadi beberapa kali. Misal, guru yang menggunakan penjadwalan razio akan mendorong siswa setelah perbuatan tertentu terjadi empat kali.
Penhargaan atau pendorong adalah suatu ransangan untuk meningkatkan frekuensi perbuatan yang mendahuluinya. Hukuman adalah sesuatu yan mengurangi frekuensi kekuatan yang mendahuluinya.
Untuk dapat menerapkan pendekatan ini guru harus menguasai dua syarat yaitu: 1) menguasai pendekatan manajemen kelas yang potensial, seperti pendekatan pengubahan prilaku, penciptaan iklim sosio-emosional, proses kelompok, dan 2). Dapata memilih pendektan yang tepat dan melaksanakan prosedur dengan baik sesuai dengan maslah manajemen kelas.
Pendekatan perubaha tingkah laku yang di pilih, misalnya bila tujuan tindakan manajemenn kelas yang akan di lakukan adalah menguatkan tingkah laku pesrta didik yang baik dan atau menghilangkan prilaku peserta didik yang kurang baik, pendekatan peciptaan iklim sosioemosional dipergunakan apabila sasaran tindakan manajemen kelas adalah peningkatan hubungan antara pribdi guru dengan pesrta didik, sementara itu pendekatan proses kelompok di aunut oleg seorang guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.
Pendekatan ini adalah pendekatan yang menggabungkan semua aspek yang terbaik dari semua pendekatan yang ada.Wilford A.Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna secara filosofis, teoritis, dan psikologis dinilai benar, bagi guru merupakan sumber pemilihan prilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi di sebut pendekatan eklektik.
Jadi bahwa kemampuasn guru memilih strategis manajemen kelas yang tepat sangat tergantung pada kemampuannya menganalisis maslah manajemen kelas yang di hadapinya.
Pendekatan ini dalam manajemen kelas berakar pda psikologis penyuluhan linikal, dan karna itu memberikan arti yang sangat penting pada hubungan antar pribadi. Guru adalah penentu utama tas hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karna itu, tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosioemosional yang positif pula.
Ginott memberikan rekomendasi mengenai cara yang seyogyanya dilakukan oleh guru untuk berkomunikasi secara efektif sebagai berikut:
a) alamatkan pernyataan kepada situasi siwa, janganmenilai dari hal yang dapat merendahkan diri siswa.
b) gambarkanlah situasi, ungkapkan persaan tentng situasi tersebut dan jelaska maksud dan tujuan mengenai situasi tersebut.
c) nayatakan perasaan yang akan meningkatkan pengertian siswa.
d) hindarkan cara memusuhi dengan cara mengundang kerja sama dan memberikan kepada siswa kesempatan mengalami ketidaktergantunga.
e) hindarkan sikap melaewan dengan cara menghindarkan perintah yang memancing respons defensife.
f) hargai, terima, dan hormati pendapat serta perasaan siswa dengan cara meningkatka perasaan harga dirinya.
g) hindarkan diagnosis dan prognosis yang aka menilai siswa karna dapat megurangi semangat.
h) jelaskan proses, dan tidak menilai pribadi, berikan bimbinganya.
d) Menilai efektivitas pengelolaan
Dalam tahap ini guru menilai dalam pengelolaan artinya dari waktu ke waktu guru harus sejauh mana keberhasilan menciptakan dan memelihara kondisi yang sesuai proses ini memusatkan perhatian kepada dua perangkat prilaku, yaitu:
1) Prilaku guru, artinya sejauh m ana guru mrnggunakan prilaku manajemen yang direncanakan akan dilakukan,
2) Prilaku peserta didik, yaitu sejauh mana peserta didik berprilaku yang sesuai, yakni apakah mereka telah melakukan apa yang di harapkan untuk dilakukan.

Proses pmilihan ini di anggap sebagai suatu kerja komputer, guru memeriksa strategis stretegi yang tersimpan dalam sel-sel komputer dan memilih strategi yang memberikan harapan untuk meningkatkan kondisi yang di anggap sesuai.
Dari kesembilan pendekatan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi – fungsi pokok manajemen kelas sebagai berikut :
1. Fungsi preventif, mencegah munculnya perilaku bermasalah;
2. Fungsi kuratif, menyembuhkan perilaku bermasalah;
3. Fungsi pemeliharaan, memelihara kondisi yang positif;
4. Fungsi pengembangan, mengembangkan kondisi yang kondusif;
5. Fungsi fasilitator, memfasilitasi kebutuhan – kebutuhan untuk berkembang;
6. Fungsi motivator, memberikan dorongan untuk berprestasi dan berkembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar