SELAMAT DATANG BLOG COWOK CAKEP

DILARANG MEROKOK RUANG BLOG INI BER AC

Senin, 14 Februari 2011

manajemen kelas


BAB IV
PENGATURAN KONDISI DAN PENCIPTAAN IKLIM BELAJAR YANG MENUNJANG

Latar Belakang
Telah disadari bahwa kondisi atau suasana berpengaruh terhadap pembeljaran. Oleh kana itu, salah satu faktor penting dalam pembelajaran adalah kondisi atau suasana belajar, sistem pendidikan spartan misalnya : menyiapkan kehidupan anak-anak dengan mengirimnya kehutan dengan tujuan agar anak belajar memertahankan dirinya. Demikian juga yang dilakukan oleh Mende dan Temme dari Sierra Leone menjalankan sekolahnya di udara terbuka dihutan. Para pendidik seperti Comenius, john dewey,dan Tyler menggaris bawahi pentingnya kondisi atau lingkungan terhadap pendidikan anak. Menurut Tyler proses pembelajaran terjadi melalui pengalaman yang diperoleh siswa dari lingkungan tempat siswa berada.
Manajemen kelas tidak hanya berupa pengatura belajar, pasilitas fisik, dan rutinitas. Tugas manajemen kelas adalah menyiapkan kondisi kelas dan sekolah agar tercipta kenyamanan dan suasana belajar yang efektif. Oleh karenaa itu, sekolah dan kelas perlu dikelola secara baik pula.
Dalam menciptakan iklim belajar yang menunjang guru dihadapkan kepada bebrapa faktor yang dapat menjadi kendala atau pendukung terciptanya kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar.sebagai bekal dalam menciptakan iklim belajar yang menunjang, guru harus memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar, dan prinsip-prinsip mengajar yang dapat mendukung terciptanay kondisi belajar yang optimaltersebut bagi terciptanya proses belajar. Bab ini secar berturut-turut akan membahas berbagai macam kondisi (kondisi fisik, kondisi sosio-emosional, kondisi organisasional) dan faktor-faktor (faktor intern dan faktor ekstern) yang mempengaruhi penciptaan iklim belajar yang menunjang serta cara mengajar yang efektif.

Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan alasan bahwa kondisi fisik tempat belajar berpengaruh terhadap hasil belajar.
2. Membuat denah, pengaturan tempat duduk siswa, serta dapat mengemukakan kekuatan dan kelemahan masing-masing formasi tempat duduk tersebut.
3. Menjelaskna alasan bahwa kondisi sosio-emosional berpengaruh paad proses belajar.
4. Mengemukakan kemungkinan tipe kepemimpinan guru dalam mewarnai suasana kondisi sosio-emosional.
5. Menunjukkan sikap dan suasana guru yang mendukung suasana belajar yang optimal.
6. Menjelaskan maksud dan alasan bahwa raport itu penting bagi terciptanya iklim belajar yang optimal.
7. Menjelaskan alasan bahwa kegiatan rutin walaupun sudah merupakan kegiatan yang sering dilaksanakan perlu di atur dan di komunikasikan kepada semua pihak.
8. Menjelaskan makna mengajar menurut Alwin W.Howard.
9. Menjelaskan faktor-faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi belajar.
10. Menjelaskan enam prinsip mengajar yang efektif.


1. Kondisi dan Situasi Belajar-Mengajar
A. Kondisi Fisik
Iklim dan dan budaya organisasi sekolah termasuk karasteristik yang secara konsisten ditemukan berkorelasin posiif dengan prestasi belajar. Penelitian Deng (1993) menunjukkan bahwa sekolah dalam budaya organisasi (cita-cita, keyakinan, dan misi) yang kokoh cenderung dipandang lebih efektif dalam hal produktipitas, kemampuan adaptasi dan keluwesan.
Dalam sekolah efektif, perhatian khusus diberikan kepada penciptaan dan pemeliharaan iklim yang kondusif untuk belajar (Reynolds, 1990). Iklim yang kondusif ditandai dengan terciptanay lingkungan yang aman, tertib, dan nyaman sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan baik. Iklim dan budaya sekolah yang kondusif sangat penting agar siswa merasa tenagng, aman dan bersikap positif terhadap sekolahnya, agar guru merasakan diri dihargai, dan agar orang tua dan masyarakat merasa dirinya diterima dan dilibatkan (Townsend, 1994). Hal ini dapat terjadi melalui penciptaan norma dan kebiasaan positif, hubungan dan kerja sama yang harmonis yang disadari oleh sikap saling menghargai satu sama lain. Selain itu, iklim sekolah yang kondusif mendorong setiap personil yang terlibat dalam organisasi sekolah untuk bertindak dan melakukan yang terbaik yang mengarah pada prestasi siswa yang tinggi.
Beberapa indikator yang perlu diperhatikan dapat dalam mengembangkan iklim dan budaya sekolah yang yang kondusif diuraiakan sebagai berikut.
1. Perawatan Fasilitas Fisik Sekolah
Fasilitas-fasilitas fisik sekolah selalu bersih, rapi dan nyaman. Bahkan, pekarangan dan lingkungan sekolah ditata sedemikian rupa sehingga memberikan kesan asri, teduh, dan nyaman. Kondisi seperti ini akan dapat memperkuat rasa siswa tinggal dan belajar di sekolah.
2. Jaminan Keamanan di Lingkungan Sekolah
Sekolah memperhatikan keamanan sekitar. Sekolah hendaknya terbebas dari gangguan keamanan baik dari dalam maupun dari luar sekolah. Lingkungan sekolah yang aman akan memberikan rasa betah nyaman bagi siswa untuk berada dan belajar di sekolah. Terkadang ada anak enggan datang ke sekolah, tidak betah tinggal di sekolah, atau menolak melakukan aktifitas belajar di tempat tertentu di sekolah karena yang bersangkutan mendapatkan ancaman dari pihak tertentu. Oleh karena itu, setiap sudut yang ada di sekolah hendaknya di jamin keamanannya bagi seluruh siswa. Lokasi-lokasi yang perlu mendapatkan perhatian, antara lian:kantin sekolah, kamar WC, lorong-lorong antar gedung, pekarangan belakang, pintu keluar-masuk, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan terjadinya tindak kenakalan dan kriminal, termasuk ruang kelas, ruang laboratorium, atau perpustakaan saat kosong.
3. Penggunaan Poster Afirmasi
Poster-poster afirmasi adalah poster yang berisi pesan-pesan positif yang digunakan dan dipanjang di berbagai tempat strategis yang mudah dan dapat selalu dilihat oleh siswa. Poster afirmasi atau sering pulang disebut papan bicara, seperti ini dapat digunakan untuk mensosialisasikan dan menanamkan pesan-pesan spiritual untuk poster afirmasi dapat berupa petikan ayat Al-Quran, hadist, pesan pujangga, atau puisi-puisi spiritual. Yang perlu diperhatikan, pengadaan dan menempatkan poster afirmasi ini jangan sampai terkesan berlebihan atau menjadi pesan sloganis belaka.
4. Ganjaran Positif Bagi Karya Terbaik Siswa
Karya-karya cemerlang siswa dipajang di kelas atau ruang kepala sekolah dan diberi ganjaran positif. Ganjaran hendaknya diberikan sesegera mungkin dan diarahkan untuk memberi rasa kebanggaan dan pertahankan motivasi siswa yang diberi ganjaran serta menstimulasi siswa lainnya untuk menghasilkan prestasi yang sama. Ganjaran juga dibutuhkan untuk mempertahankan motivasi dan gairah berprestasi di kalangan siswa. Ganjaran akan efektif jika diberikan segera mungkin dan dilakukan secara konsisten pada setiap siswa yang menunjukkan prestasi.
5. Pengembangan Rasa Memiliki Sekolah
Sekolah perlu menciptakan rasa memiliki di kalangan warga sekolah, sehingga guru dan siswa menunjukkan rasa bangga terhadap sekolahnya. Setiap warga sekolah merasa bertanggung jawab untuk menjaga kondusifitas lingkungan sekolah. Ini biasa di capai, antara lain dengan memberikan tanggung jawab pengelolaan dan perawatan wialyah tertentu kepada kelompok kelas atau ruang tertentu.
6. Penataan Ruang kelas
Kondisi kelas hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga terciptanya suasana yang menyenangkan dan membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Penanggulangan musik instumentalia yang lembut merupakan alternatif yang dapat ditempuh untuk lebih menciptakan suasana menyenangkan dan member efek penentraman emosi, baik pada saat siswa belajar di kelas maupun pada saat mereka melakukan berbagai aktifitas lainnya di luar kelas. Untuk menciptkan suasana spiritual, khususnya diluar kelas seperti jam-jam istirahat, dapat di gunakan musik-musik bernuangsa dan berisi pesan spiritual.
7. Jaminan atas Kemaslahatan Siswa
Kemaslahatan siswa merupakan kriteria penting yang digunakan dalam pembuatan keputusan tentang mereka. Setiap keputusan yang dibuat disekolah hendaknya memperhatikan kebutuhan, kepentingan,kondisi khusus siswa. Keputusan yang dibuat hendaknya juga dapat memenuhi prinsip keadilan dan kesetaraandikalangan siswa, termasuk keadilan dan kesetaraan gender,ras,etnis,kelas sosial,agama,kondisi fisik,ataupun varia-varia latar siswa lainnya.
8. Pengaturan Jadwal Acara dan Aktivitas Sekolah
Acara-acara penting disekolah dijadwalkan sedemikian rupa sehinggatidak mengganggu waktu belajar. Aktivitas apapun yang dilakukan disekolah,hendaknya diupayakan tidak mengganggu waktu dan waktu belajar yang ditetapkan. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi aktivitas non-teading yang bersifat reguler dan dapat betrsifat intidental aktivitas bersifat reguler dan dilakukan setiap semester/tahun disekolah, dapat dibuatkan jadwal pelaksanaan yang disesuaikan dan tidak mengganggu jadwal-jadwal pembelajaran dan implementasi kurikulum. Aktivitas yang bersifat insidental dan tidak terjadwal dalam program semester/tahunan, sedapat mungkin dilaksanakan pada waktu-waktu yang tidak mengganggu aktivitas pembelajaran. Ada transisi/peralihan yang lancar dan cepat diantara berbagai kegiatan yang dilaksanakan disekolah maupun didalam kelas. Berbagai kegiatan, baik yang termasuk kegiatn kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler, hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling umpan tindih. Penggunaan media pertemuan antar berbagai pihak, mengkomunikasikan ide dan rencana kegiatan sehingga berbagai pihak dapat ditata sedemikian rupa supaya tidak saling mengganggu.
9. Akseptabilitas Guru terhadap Metode Pembelajaran Terbaru
Guru bersedia mengubah metode-metode mengajar, bila metode yang lebih diperkenalkan kepadanya. Berbagai metode dan strategi pembelajaran yang efektif telah ditawarkan dan sosialisasikan melalui berbagai media, seperti buku, internet dan pelatihan. Penerapan berbagai metode dan strategi pembelajaran yang efektif dan telah teruji perlu menjadi bagian yang mencoraki iklim pembelajaran disekolah. Denagn demikian, guru pperlu mengadopsi dan mencoba menerapkan berbagai metode dan strategi pembelajaran tersebut untuk klebih mengefektifkan proses pembelajarannya
10. Penggunaan Sistem Moving-dass
Moving dass, adalah sostem pengelolaan aktivitas pembelajaran diman kelas-kelas tertentu diatas khusus menjadi sentral pembelajaran bidang studi/mana pembelajaran tertentu. Penggunaan sistem moving dass(kelas berpindah) merupakan alternatif yang dapat ditempuh untuk mengefekitfkan penatan ruangan kelas sbagai sentra belajar. Dalam sistem moving dass ini, ruang-ruang kelas tertentu dapat ditata khusus untuk mendukung pembelajaran mata pelajaran tertentu. Ada kelas sains, kelas bahasa, kelas matematika, kelas kesenian, dsb. Kelas-kelas ini ditata menjadi semacam home room atau sentra belajar. Meja, kursi, peralatan, media, pajangan, dan berbagai aspek yang ada dikelas diatur sedemikan rupa. Sesuai kebutuhan dan karakteristik pembelajaran mata pelajaran tertentu.
11. Penciptaan Relasi Kekurangan dan Kebersamaan
Sekolah mencipatakan sesuatu kekeluargaan dan kebersamaan antar kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, dan orang tua, sehingga satu sam lain saling berbagi dan memberi bantuan. Sekolah membangun budaya setara dengan dikalangan warga sekolah. iklim interaksi antar warga sekolah dibangun atas dasar prinsip “I how relationship” bukan hubungan yang bersifat “I- it relationship”. Dalam hubungan dengan ciri”I thou relationship”, setiap individu memandang dan memerlukan individu lainnya sebagai subyek, pribadi yang patut di hargai, dihormati dan memiliki kebutuhan dan kewenangan sendiri untuk menentuksan keputusan dan pilihannya sendiri. Iklim dan budaya sekolah yang bercirikan model hubungan seperti ini akan dapat membangun rasa kebersamaan dan dapat memicu berkembangnya rasa percaya diri dan kreativitas semua warga sekolah, termasuk semua siswa. Sebalinya, dalam hubungan yang dicrikan dengan”I –it relationship” , individu tertentu, katakanlah guru tertentu, memandang individu lain(katakanlah siswa) sebagai objek, perlu dituntun, tidak berhak untuk menyatakan kebutuhan dan kepentinganny, dan dapat diperlakukan sesuai kemauan dan determinasi sang guru. Ciri hubungan seperti ini akan mematikan kreatvitas dan ras apercaya diri siswa, dan cenderung mengembangkan sikap asosial, bahkan anti sosial, pada diri siswa.

PENATAAN SEKOLAH: LINGKUNGAN KELAS DAN IKLIM BELAJAR
Pada saat seorang siswa melangkah masuk dikelas, perhatian utamanya jarang sekali bertuju pada isi pelajaran. Mereka lebih tertarik pada iklim kelas atau iklim lingkungan belajar serta apa saja yang diperintahkan kepadanya untuk dikerjakan. Persepsi dan sikap siswa terhadap dirinya, sejawatnya, gurunya, dan tugasnya mempengaruhi kemampuan dan hasil belajar siswa. Misalnya, jika siswa memandang bahwa kelasnya merupakan tempat yang tidak aman dan tidak tertib maka siswa tersebut hanya akan belajar sedikit sekali. Siswa harus merasa bahwa mereka diterima oleh guru dan teman-teman sejawatnya. Jika tidak, energi mereka akan lebih diarahkan kepada upaya untuk memperoleh penerimaan daripada penguasaan isi mata pelajaran.

Lingkungan kelas:
1. Menciptakan lingkungan yang akrab dan penuh penghargaan,
2. Membangun budaya belajar,
3. Menata prosedur kelas,
4. Menata perilaku siswa,
5. Menata ruang (fisik)
\strategi pengembangan persepsi dan sikap positif (iklim belajar), apa yang harus dilakukan agar siswa:
a. Merasa diterima oleh guru dan teman sejawatnya.
1. Mencoba membangun hubungan dengan setiap siswa di kelas,
2. Memantau sikap guru sendiri,
3. Melaksanakan tata tertib kelas yang positif dan merata,
4. Menanggapi secara positif jawaban atau tugas siswa yang salah atau kurang,
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar secara koperatif,
6. Meminta siswa mengembangkan strategi agar diterima oleh sejawatnya.
a. Merasa kelas sebagai tempat yang menyenangkan dan tertib.
1. Senantiasa menggunakan kegiatan yang melibatkan gerakan fisik,
2. Minat siswa menentukan sendiri standar rasa nyaman dan tertibnya,
3. Memperkenalkan konsep bracketing melupakan masalah dengan memikirkan hal lain,
4. Membangun dan mengkomunikasikan aturan tata tertib dan prosedur kelas,
5. Menetapakan kebijakan yang jelas tentang keselamatan fidik siswa,
6. Waspada terhadap gangguan dendam dan ancaman di dalam atau di luar kelas dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah atau menghentikan tindak pelecehan.
Kegiatan untuk membantu siswa merasa diterima oleh guru dan teman sejawatnya:
1. Mencoba membangun hubungan dengan siswa di kelas
 Berdiskusi secara informal dengan siswa tentang topik yang menarik siswa selama dan sesudah pelajaran.
v
2. Memantau sikap guru sendiri
 Selama pembelajaran interaksi dengan siswa di kelas, cobalah secara sadar mengingat harapan-harapan positif.
v
3. Melaksanakan tata tertib kelas yang positif dan merata
 Kontak mata dengan setiap siswa di kelas sambil berbicara tataplah
v siswa secar bergiliran, perhatian harus tertuju ke empat sudut ruangan, berpindah ke semua bagian ruang kelas.
4. Menanggapi secara positif jawaban atau tugas siswa yang salah atau kurang
 Hargailah setiap jawaban: berikan pujian atas jawaban yang benar, identifikasi pertanyaan yang dijawab dengan salah.
v
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar secara koperatif
 Menugaskan setiap anggota
v kelompok tanggung jawab tertentu.
6. Meminta siswa mengembangkan strategi agar diterima oleh sejawatnya
 Hindari mengingatkan siswa tentang hal negatif yang dikerjakannya atau yang terjadi pada mereka.
v
Kegiatan untuk membantu siswa merasa kelas sebagai tempat yang nyaman dan aman/tertib
1. Senantiasa menggunakan kegiatan ynag melibatkan gerakan fisik,
2. Minat siswa menentukan sendiri standar rasa nyaman dan tertibnya,
3. Memperkenalkan konsep bracketing melupakan masalah dengan memikirkan hal lain,
4. Membangun dan mengkomunikasikan aturan tata tertib dan prosedur kelas,
5. Menetapakan kebijakan yang jelas tentang keselamatan fidik siswa,
6. Waspada terhadap gangguan dendam dan ancaman di dalam atau di luar kelas dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah atau menghentikan tindak pelecehan.
Bagaimana menata kelas?
Penataan ruang kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan pembelajaran aktif. Ruang kelas perlu ditata sedemikian rupa sehingga dapat mendukung efektifitas pembelajaran. Ada banyak model penataan kelas sesuai dengan tujuan dan kegiatan pembelajaran serta keadaan nyata di kelas. Jumla siswa, bentuk meja kursi dan perabotan yang lain akan menjadi pertimbangan dalam menata kelas.
Cara penataan kelas bisa berubah-ubah tergantung kegiatan pembelajarannya. Tata letak fisik pada umumnya bersifat sementara, luwes dan sesuai dengan kenyataan. Artinya guru dapat mengadakan perubahan setiap saat sesuai dengan kebutuhan dan kesesuain dengan materi ajarnya. Berikut ada beberapa model tata letak yang mungkin dapat dipertimbangkan dan dipilih.
Berikut ini 9 penataan kelas yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan. Sekali lagi, tidak ada bentuk yang paling baik. Semua baik bila digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kondisi nyata di kelas.
1. Formasi Tanda Pangkat
Susunan ruang kelas tradisional (deretan meja dan kursi) tidak kondusif bagi pelaksanaan belajar aktif. Bila satu kelas terdiri 30 orang siswa atau lebih, adakalanya perlu menata kelas dengan “gaya ruang kelas”. Formasi V atau tanda pangkat dapat mengurang jarak antar siswa, penglihatan yang lebih baik ke depan kelas. Siswa saling melihat, daripada deretan lurus.
2. Gaya Tim
Mengelompokkan meja secara melingkar di dalam ruang kelas memungkinkan anda untuk meningkatkan interaksi tim. Di samping itu, anda dapat menempatkan meja untuk membentuk formasi yang paling akrab.
3. Bentuk U
Merupakan formasi serbaguna. Siswa dapat menggunakan permukaan meja untuk membaca dan menulis, dapat melihat anda dan atau media visual anda dengan mudah.
4. Meja Konferensi
Formasi ini sangat baik bila mejanya relatif bundar atau persegi. Formasi ini meminimalkan dominasi guru dan memaksimalkan peran siswa. Meja nernetuk persegi panjang bisa menciptakan kesan formal jika guru berada di ujung meja.
5. Lingkaran
Interaksi tatap muka akan lebih baik dengan hanya menempatkan siswa dalam formasi lingkaran tanpa meja. Formasi ini sangat ideal untuk diskusi kelompok besar. Bila ada ruang lingkaran yang memadai, anda dapat meminta siswa untuk menata kursi.
6. Ruang Kerja
Formasi ini cocok untuk lingkaran aktif khas laboratorium di mana siswa duduk di ruang kerja untuk mengerjakan soal atau tugas (misal: hitung-menghitung, mengoperasikan mesin, melakukan kerja laboratorium) segera setelah ditunjukkan caranya. Cara yang baik untuk mendorong kemitraan dalam belajar adalah dengan menempatkan dua siswa pada tempat kerja yang sama dan berhadapan.
7. Pengelompokkan Berpencar
Jika ruang kelas anda cukup besar atau tersedia tempat ruangan yang memungkinkan, tempatkanlah meja/kursi yang dapat digunakan oleh sub-sub kelompok untuk melakukan aktivitas belajar berbasis-tim. Usahakan berpencar agak menjauh untuk menghindari tidak saling mengganggu.
8. Ruang Kelas Tradisional
Jika memang tidak memungkinkan untuk membuat formasi lengkung, cobalah mengelompokkan kursi secara berpasangan untuk memungkinkan belajar secara berpasanagan. Aturlah deretan dalam jumlah genap dan beri ruang cukup antar deret agar pasanagn siswa dalam deret ganjil dapat memutar kursi sehingga terbentuklah “kuartet” dengan pasangan yang duduk tepat di belakangnya.
9. Auditorium
Lingkungan auditorium memang kurang kondusif untuk kegiatan belajar aktif, namun masih ada harapan untuk itu. Jika kursinya masih bisa dipindah, tempatkanlah dalam bentuk busur untuk menciptakan kedekatan dan siswa dapat melihat bagian depan dengan jelas. Jika kursinya sudah tidak dapt dipindah-pindah, maka perintahkanlah siswa untuk duduk sedekat mungkin dengan bagian tengah.
Ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam penataan kelas:
a. Mobilitas
Kemudian bergerak baik bagi guru untuk berkeliling memantau proses belajar anak dan memberikan bantuan. Kemudahan bergerak bagi siswa untuk berbagai keperlua di kelas.
b. Aksesibilitas
Kemudian bagi semua pihak untuk menjangkau berbagai hal seperti alat bantu belajar dan sumber belajar yang ada di kelas.
c. Komunikasi
Kemudahan guru dan siswa untuk mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan melalui berbagai kegiatan berkomunikasi baik secara berkelompok atau klasikal.
d. Interaksi
Kemudahan bagi semua siswa dan guru untuk saling berinteraksi untuk berbagai kegiatan dan kepentingan.
e. Dinamika
Suasana kelas tidak menoton dengan satu model penataan untuk berbagai kegiatan pembelajaran dari berbagai mata pelajaran. Model penataan selalu berubah dan berkembang sesuia dengan mata pelajaran, tujuan, kegiatan pembelajaran.
Kondisi dan lingkungan yang perlu menjadi perhatian dan kepedulian dalam menunjang terciptanya pembelajaran seperti berikut ini:
1. Ruangan tempat berlangsungnya pembelajaran
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan para peserta didik dapat bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan, sehingga tidak saling, mengganggu satu sama yang lainnya pada saat terjadi aktivitas pembelajaran. Besarnya ruangan kelas sangat tergantung pada berbagai hal diantaranya:
a. Jenis kegiatan (kegiatan pertemuan tatap muka klasikal dalam kelas atau bekerja di ruang praktikum),
b. Jumlah siswa yang melakukan kegiatan (kegiatan bersama secara klasikal atau kegiatan dalam kelompok kecil). Jika ruangan tersebut mempergunakan hiasan, pakailah hiasan yang mempunyai nilai pendidikan yang dapat memberi daya terapi bagi anak pelanggar disiplin. Ruang belajar merupakan tempat siswa dan guru melaksanakan kegiatan belajar-mengajar meliputi ruang kelas, ruang laboratorium, dan ruangan auditorium.
Ruang Kelas
Ruang kelas harus diusahakan memenuhi syarat berikut:
a. Ukuran ruang kelas 8 x 7 m
b. Dapat memberikan keleluasaan gerak, komunikasi pandangan dan pendengaran
c. Cukup cahaya dan sirkulasi udara
d. Pengaturan perabot agar memungkinkan guru dan siswa dapat bergerak leluasa
e. Daun jendela tidak mengganggu lalu lintas
Ruang Laboratorium
Sekolah dasar yang memiliki runag laboratorium, harus ditata denga syarat sebagai berikut:
a. Tata letak perabot mudah diatur sesuai dengan keperluan setiap saat.
b. Diatur sedemikian rupa sehingga mudah bergerak dan mudah dimanfaatkan.
c. Fasilitas air dan penerangan cukup tersedia.
d. Air limbah dan saluran ruang laboratorium tidak mencemari lingkungan sekitarnya.
e. Tersedia lemari penyimpanagan untuk bahan dan alat.
f. Lantai tidak licin dan dinding sebaiknya berwarna putih.
g. Bahan yang membahayakan harus disimpan pada tempat yang aman.
Runag Aula/Serba Guna
Bagi sekolah yang memiliki ruang aula, agar berfungsi sebagi tempat pembelajaran, dan berfungsi juga sebagai tempat diskusi, maka ruang tersebut harus diatur dengan baik dan dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut:
a. Panggung pertunjukan
b. Ruang ganti pria/wanita secar terpisah
c. Kamar mandi/wc pria/wanita secara terpisah pula
d. Lantai harus datar dan tidak licin
e. Dinding ruang aula dilapisi oleh lapisan perendam suara supaya suara tidak bergema
f. Bak pasir
g. Matras
2. Pengaturan tempat duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka.
Beberapa kemungkinan pengaturan tempat duduk seperti berikut:
 Pola berderet atau berbaris-berjajar
v
Pengaturan tempat duduk seperti ini adalah pengeturan tempet duduk paling popular. Pada umumnya tempat duduk siswa diatur menurut tinggi pendeknya siswa. Siswa yang tinggi duduk di belakang, sedangkan siswa yang pendek duduk di depan.
 Pola susunan berkelompok
v
Pola ini mengatur tempat duduk siswa secara berkelompok ini memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan mudah satu sama lainnya dan dapat berpindah dari satu kelompok kekelompok lainnya secara bebas.
 Pola formasi tapal kuda
v
Pola ini menempatkan posisi guru bersedia ditengah-tengah para siswanya. Pola semacam ini dapat dipakai jika pelajaran banyak memerlukan diskusi antar siswa dengan guru. Posisi guru dalam pengaturan tempat seperti terpisah dari kelompok, namun tetap kelompok dalam pengawasan guru.
 Pola lingkaran atau persegi
v
Pola pengaturan tempat duduk lingkaran atau persegi baik juga untuk mengajar dan disajikan dengan metode diskusi. Hakikatnya dalam pola lingkaran atau persegi biasanya tidak ada pemimpin kelompok. Bila ada yang hendak direkam atau dicatat maka bentuk ini sangat tepat.
Kemungkinan dari pola-pola penegturan tempat duduk tersebut diatas ada pola lain yang membatasi ruang gerak baik secara individual maupun secar kelompok. Dengan demikian perlu ada tempat-tempat khusus, dimana siswa dengan siapa saja, dimana saja dapat belajar dengan baik.
3. Ventilasi dan pengaturan cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati gurupun sulit mengaturnya karena sudah tersedia) adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu, ventilasi cukup menjamin kesehatan siswa. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi yang baik, sehingga semua siswa dalam kelas dapat menghirup udara yang segar yang cukup mengandung O2.
4. Pengaturan penyimpangan barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat yang khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Cara pengambilan barang dari tempat khusus, penyimpangan, dan sebagainya, hendaklah diatur sedemikian rupa sehingga barang-barang tersebut segera dipergunakan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pengamanan terhadap barang yang mudah meledak atau terbakar. Alat pengaman harus tersedia, seperti alat pemadam kebakaran, P3K, dan sebagainya.
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk menciptakan lingkungan belajar adalah kebersihan dan kerapian. Berkaitan dengan kondisi fisik, dari yang sederhana sampai kepada yang ideal yang meliputi pengaturan ruang tempat berlangsungnya pembelajaran, pengaturan tempat duduk, oleh karena itu seorang guru sebaiknya membuat peraturan yang mengatur kelompok kerja yang membersihkan ruangan, menyiapkan kapur tulis, mengganti taplak meja dan sebagainya. Guru harus membagi tanggung jawab peraturan kondisi fisik itu menjadi milik siswa di kelas tersebut, dan tidak hanya dimiliki siswa di kelas tersebut, dan tidak hanya dimiliki oleh seorang guru. Siswa harus aktif dalam membuat keputusan mengenai tata ruang, dekorasi, dan sebagainya.
Berkaitan dengan kondisi fisik, dari yang sederhana sampai kepada yang ideal yang meliputi pengaturan ruang tempat berlangsungnya pembelajaran, pengaturan tempat duduk, dan pengaturan penyimpanagn peralatan dapat diperhatikan bagan berikut.
{gambarnya terserah anda}
Gambar: tempat duduk siswa pola berderet atau berbaris
{gambarnya terserah anda}
Gambar: tempat duduk siswa pola kelompok
{gambarnya terserah anda}
Gambar: tempat duduk siswa pola tapal kuda atau pola setengah lingkaran
{gambarnya terserah anda}
Gambar: tempat pola lingkaran dan persegi
{gambarnya terserah anda}
B. Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi sosio-emosional akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar-mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi hal-hal berikut ini.
1. Tipe kepemimpinan
Peranan guru, tipe kepemimpinan guru atau administrator akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menghasilkan sikap siswa yang submissive atau apatis. Tetapi di pihak lain juga akan menumbuhkan sikap yang agresif.
Kedua siakp siswa yaitu apatis dan agresif ini dapat merupakan sumber problema manajemen, beik yang sifatnya individual maupun kelompok kelas sebagai keseluruhan.
Dengan tipe kepemimipnan yang otoriter siswa hanya akan aktif kalau ada guru dan kalau tidak ada guru yang mengawasi maka semua aktivitas menjadi menurun. Aktivitas proses belajar-mengajar sanagt tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian dari guru. Tipe kepemimpinan yang cenderung pada laizer-fair biasanya tidak produktif waalupun ada pemimpin. Kalau ada guru, siswa lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam kepemimpinan tipe ini malahan biasanya aktifitas siswa lebih produktif kalau gurunya tidaka ada. Tipe ini biasanya lebih cocok bagi siswa yang “innerdirected” diaman siswa tersebut aktif, penuh kemauan berinisiatif dan tidak selalu menunggu pengarahan. Akan tetyapi, kelompok siswa semacam ini biasanya tidak cukup banyak.
Tipe kepemimpinan gru yang lebih menekankan kepada sikap demokratis lebih memungkinkan terbinya sikap persahabatan guru dan siswa dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi belajar-mengajar optimal. Siswa akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru. Dalam kondisi semacam ini biasanya problema manajemen kelas bisa diperkecil sesedikit mungkin.
Dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, guru harus menempatkan diri sebagai:model, pengembang, perencana, pembimbing, dan facilitator (Contra, 1990).
Guru sebagai model adalah guru yang tidak menuntut banyak disiplin kalau melainkan sebagai model. Ia mengharapkan dengan pemodelan yang ditampilkan dapat memberi pengalaman dan keantusiasan belajar siswa. Ia tidak menekankan kepada daya ingat terhadap apa yang dikatakan, melainkan menginginkan siswa menemukan ide atau gagasan baru pada akhir pembelajaran.
Guru sebagai pengembang adalah guru yang ahli dalam melaksanakan tugas dengan format yang benar dan tepat. Ia tidak membiarkan dan mengijinkan siswa bolos atau malas tanpa alasan yang sah. Ia suka mengadakan penilaian terhadap segala bidang yang dikerjakan paar siswa. Ia suka mawas diri pada saat mengajar.
Guru sebagai perencana adalah guru yang ahli dalam bidangnya, yang mengatur kelas sebagai tata ruang belajar. Ia memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Ia menganggap bahwa para siswa belajar kepadanya karena ingin mempelajari sebanyak mungkin apa yang diketahui guru.
Guru sebagai pembimbing adalah guru yang saling membelajarkan antara dirinya dengan sesama dan siswanya. Ia mengajar dalam sistem sosial yang dinamis. Ia mengharapkan ada interaksi belajar antara diri dan siswanya. Ia mengajar karena mengetahui adanya pekemmbangan pribadi masing-masing individu, yang mengembangkan suasana saling percaya dan keterbukaan.
Guru sebagai fasilitator adalah guru yang menyadari bahwa pekerjaannya merespon tujuan para siswa sekalipun kesulitan belajar. Ia bnayak mendengar dan sertanya kepada siswa. Ia menginginkan siswa dapat belajar dan mencapai tujuan sesuai harapannya.
{gambarnya terserah anda}
2. Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah lakunya siswa dan bukan membenci siswanya itu sendiri. Terimalah siswa denganhangat sehingga ia insyaf akan kesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptaakn satu kondisi yang menyebabkan siswa saadr akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.
{gambarnya terserah anda}
3. Suara guru
Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut mempunyai pengaruh dalam belajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa secar jelas dan jarak yang agak jauh akan mengakibatkan suasana gaduh. Keadaan seperti itu, juga akan membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara yang relatife rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks akan mendorong siswa memperhatikan pelajaran. Mereka akan lebih berani mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan sendiri, dan sebagainya. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan siswa yang mendengarnya. Hal penting dan semuanya adalah proses pembelajaran akan semakin terarah.
4. Pembinaan hubungan baik
Pembinaan hubungan baik (report) antar guru dan siswa dalam masalah manajemen kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
{gambarnya terserah anda}
C. Kondisi Organisasional
Kegiaatn rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun paad tingkat sekolah akan dapat mecegah masalah manajemen kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik. Di samping itu mereka akan terbiasa bertingkah laku secra teratur penuh disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu. Kegiatan rutinitas tersebut antara lain:
1. Pergantian pelajaran
Untuk beberapa pelajaran mungkin ada baiknya siswa tetap berada dalam suatu ruangan dan guru yang datang ke ruangan tersebut. Tetapi untuk pelajaran-pelajaran tertentu, seperti bekerja di laboratorium, olah raga, kesenian, menggambar, dan sejenisnya, siswa diharapkan pindah ruangan. Hal rutin semacam ini hendaknya diatur secara tertib. Misalnya ada tenggang waktu bagi siswa untuk berpindah ruang. Perpindahan siswa dari satu ruang ke ruang lain dipimpin oleh ketua siswa. Runagan-runagan diberi tanda dengan jelas. Siswa berkewajiban membereskan ruangan dan alat perlengkapan yang telah dipakai setelah pelajaran usai. Kegiatan ini dipimpin oleh petugas piket dengan pengawasan guru.
2. Guru berhalangan hadir
Jika suatu saat seorang guru berhalangan hadir oleh satu atau lain sebab, maka siswa harus sudah tahu cara mengatasinya. Misalnya siswa disuruh tetap berada dalam kelas untuk menunggu guru pengganti selama waktu tertentu. Bila setelah waktu yang ditentukan guru pengganti juga belum datang ketua siswa diwajibkan lapor kepada guru piket. Kemudian guru piket mengambil inisiatif untuk mengatasi kekosongan guru tersebut. Mungkin juga kepala sekolah yang bertugas mengisi kekosongan itu sebelum guru kelas tersebut hadir.
3. Masalah antar siswa
Jika terjadi masalah antar siswa yang dapat diselesaikan antar mereka, ketua siswa dapat melapor kepada wali kelas untuk bersama-sama memecahkan dan mengatasi masalah tersebut. Bila pemecahannya belum tentus diselesaikan, ketua siswa bersama wali kelas atau juga mungkin OSIS dapat menhadap pimpinan sekolah untuk mendapatkan petunjuk kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut. Demikian pula kalau ada usul kegiatan dari siswa, misalnya kantin, kunjungan kesekolah lain, pentas seni, prosedur tersebut yang sama dapat ditempuh.
4. Upacara bendera
Jadwal dan pengaturan upacar bendera harus sudah ditentukan. Pengaturan ini meliputi giliran yang bertugas baik dari pihak guru maupun dari pihak siswa. Sehingga semua sivitas tahu persis jadwal upacara, pakaian yang harus dikenakan, atur acara upacara pengumuman sekolah, dan siapa yang harus menjadi pembina upacara yang sekaligus memberi nasehat atau pengarahan pada upacar tersebut.
5. Kegiatan lain
Kegiatan lain yang merupakan kegiatan rutin kelas atau sekolah antara lain adalah:
a. Menanyakan kesehatan dan kehadiran siswa,
b. Prosedur penyampaian informasi dari sekolah kepada guru dan siswa,
c. Penyampaian peraturan sekolah yang baru,
d. Kegiatan yang bersifat rekreasi dan sosial seperti pesta sekolah, pekan seni dan olah raga, hari libur, kematian anggota sivitas, ikut menanggulangi bencana alam.
Kegiatan itu semua sudah diatur secra jelas, tidak kaku dan harus cukup fleksibel tertuang dalam jadwal kegiatan sekolah.
D. Kondisi Administrasi Teknik
Kondisi administrasi teknik akan turut mempengaruhi manajemen pembelajaran ke dalam kondisi administrasi teknik ini termasuk:
1. Daftar presensi
Daftar presensi siswa dan guru hendaknya dikelola sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar yang sedang berlangsung. Hendaknya diadakan pengecekan secara periodik terhadap daftar presensi ini.
2. Ruang bimbingan siswa
Ruang khusus, hendaknya tersedia yang dapat digunakan untuk keperluan bimbingan siswa yang dilakukan oleh guru, wali kelas atau guru pembimbing di sekolah.
3. Tempat baca
Tempat baca yang dapat dimanfaatkan oleh para siswa pada waktu istirahat atau pada waktu luang, hendaknya tersedia. Begitu juga tempat bermain dan alat bermain yang mengandung nilai edukatif akan sangat membantu mengatasi masalah manajemen kelas.
4. Tempat sampah
Tempat sampah hendaknya tersedia paad tempat khusus sehingga siswa didorong untuk membiasakan diri hidup teratur.
5. Catatan pribadi siswa
Catatan pribadi siswa mempunyai peranan penting dalam hubngannya dengan manajemen kelas, baik dalam rangka pencegahan maupun dalam rangka mengatasi tingkah laku yang sudah terlanjur. Dengan catatan pribadi siswa, guru akan mengenal siswa secara lebih lengkap termasuk latar belakang kehidupannya. Selain itu catatan pribadi dapat berfungsi:
a. Secara umum sebagai alat coking terhadap efektifitas program sekolah baik bagi siswa secar individual maupun bagi siswa secara keseluruhan;
b. Sebagai suatu sarana untuk memahami siswa dengan latar belakang kehidupannya secra lebih baik;
c. Sebagi alat bantu bagi orang tua mengenal putra-putrinya secara lebih baik;
d. Sebagai alat bantu bagi siswa itu sendiri dalam memahami dirinya sendiri.
Isi catatan pribadi siswa daapt meliputi kehadiran, catatan akademik seperti hasil tes bakat, kecepatan membaca, kesehatan fisik, sikap sosial, catatan anekdotal dan sebagainya. Bentuk catatan pribadi siswa hendaknya baik, menarik, bersih, dan menggunakan tinta hitam. Untuk mngisi catatan pribadi siswa, guru dapat mempergunakan sumber dengan observasi langsung dari anak, sertanya kepada orang tua teman-temannya, dan sebagainya. Contoh format catatan pribadi siswa dapat disimak pada lampiran. Selain itu di sekolah, hendaknya juga tersedia petunjuk-petunjuk tentang penggunaan perpustakaan, WC sekolah, dan alat-alat pengaman yang tersedia.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada daalm diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
a. Faktor Intern
Faktor ini meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
1. Faktor jasmaniah
Proses belajar seorang siswa akan terganggu jika kesehatan siswa tersebut terganggu. Selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah puling, dan ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan/kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
Demikian juga apabila siswa catat tubuh, hal itu akan mempengaruhi belajar. Ssiwa yang cacat, belajarnya akan terganggu. Jika hal ini terjadi hendaknya siswa tersebut belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan dengan memberi alat bantu agar dia dapat menghindari atau mengurangi kecacatannya.
2. Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah:
a. Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang lama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Kendatipun begitu, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Siswa yang memiliki tingkat intelegensi normal dapat berhasil denagn baik dalam belajarnya jika kondisi yang diciptakan mendukung tejadinya pembelajaran yang efisien dan efektif.
b. Perhatian
Untuk menjamin hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai perhatian yang penuh terhadap bahan yang dipelajarinya. Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan baik, bahan pelajaran harus diusahakan selalu menarik perhatian. Caranya antara lain adalah dengan mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya, berkualitas, aktual dan mengkaitkan bahan tersebut dengan pelajaran yang lalu, mengemukakan manfaat bagi anak baik dengan pelajaran yang sedang dibicarakan maupun dengan bahan yang akan datang, dan manfaat kelak dimasyarakat.
c. Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak dapat belaajr dengan sebaik-baiknya. Jika ada siswa kurang atau tidak berminat terhadap belajar perlu diusahakan cara membangkitkan minat tersebut. Minat dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara. Cara tersebut antara lain adalah dengan menvariasikan media pembelajaran, mengembangkan metode pembelajaran, menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa, dan mengkaitkan denagn hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita siswa.
Ingat: untuk menumbuhkan perhatian dan minat para siswa pembelajaran dapat juga dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu adalah ciri khas dari kurikulum program DII PGSD.
d. Bakat
Peserta didik bagaikan sebuah golok, ada bagian yang runcing dan ada bagian yang tumpul (bagian punggung golok). Siswa yang memiliki bakat ibarat bagian golok yang runcing. Jika bahan pembelajaran yang dipelajari oleh siswa yang berbakat maka pelajaran itu akan cepat dikuasai, sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Daalm hal ini guru tidak bersusah payah menjelaskan berkali-kali. Lain halnya terhadap siswa yang kurang berbakat. Guru harus bnersabar dan telaten melayani mereka, yaitu dengan sering dan berulang kali menjelaskan bahan tersebut. Dengan seringnya menjelaskan bahan akhirnya siswa tadi diharapkan dapat menguasai bahan yang diajarkan.
e. Motif
Dalam proses belajar mengajar harus memperhatikan motif belajar siswa atau faktor-faktor yang mendorong belajar siswa. Dengan mengetahui latar belakang atau motif siswa belajar, maka guru dapat mengajak para siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar.
f. Kematangan
Kematangan merupakan tingkat ata fase dalam pertumbuhan seseorang. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh anggota-anggota tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus. Agar kematangan yang ada pada diri siswa dapat dikembangkan perlu diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan kematangan tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kondisi atau cara itu antar lain adalh dengan pemberian latihan yang terus menerus dan konsisten, pemberian tugas yang bertingkat dan berkesinambungan dari sederhana ke kompleks.
g. Kesiapan
Kesiapan erat kaitannya dengan kematangan. Siswa sudah dikatakan sudah memiliki kearsipan apabila pada dirinya ada kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan oleh guru daalm proses belajar. Pembelajaran yang diikuti oleh para peserta didik yang memiliki kesiapan tinggi akan terjadi proses pembelajaran yang optimal dan hasil belajarnya pun akan lebih baik.
3. Faktor kelelahan
Kelelahan baik jasmani ataupun rohani dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu, guru harus memberikan pengertian kepada para siswa untuk berusaha menghindari terjadinya kelelahan dalam belajarnya. Misanya, para siswa diberi penjelasan agar mereka mengusahakan tidur dan istirahat yang cukup dan teratur, mengusahakan variasi dalam belajar, olah raga secar teratur agar kondisi badan tetap segar.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan ke dalam faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
1. Faktor keluarga
Para siswa yang sedang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
a) Cara orang tua mendidik,
b) Relasi/hubungan antara anggota keluarga,
c) Suasana rumah,
d) Keadaan ekonomi keluarga,
e) Sikap dan perhatian orang tua,
f) Latar belakang kebudayaan orang tua.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah mempengaruhi belajar meliputi hal-hal yang berkaitan dengan:
a) Metode mengajar,
b) Kurikulum,
c) Hubungan guru dengan para siswa ,
d) Hubungan siswa dengan siswa,
e) Disiplin sekoalh,
f) Peralatan/ media pelajaran,
g) Waktu sekolah,
h) Sarana dan prasarana sekolah,
i) Metode belajar siswa,
j) Tugas sekolah.
3. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa, yang pada akhirnya akan mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaab siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini banyak berkaitan dengan:
a. Kegiatan siswa dalam masyarakat
b. Mass media yang beredar/ada dalam masyarakat
c. Pengaruh teman bergaul
d. Pola hidup masyarakat.
C. Mengajar yang Efektif
Mengajar adalah membimbing siswa agar mereka mengalami proses belajar. Dalam belajar paar siswa menghendaki hasil belajar yang efektif demi tuntutan tersebut guru harus membantu denagn cara mengajar yang efektif pula.
Mengajat efektif adalah mengajar yang dapat membawa belaajr yang efektif. Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang menunjang terciptanya kondidi yang optimal dan terjadinya proses belajar. Kondisi yang dimaksud hanay dapat terjadi apabila guru mengaajar menggunakanan prinsip-prinsip mengajar.
Mursel daalm hal ini menegmukaakn enam prinsip mengajar, yang apabila ke enam prinsip mengaajar itu digunakan/ di tempatkan dengan sebaik-baiknya maka iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi bagi terjadinya proses belajar akan dicapai. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a. Konteks
Belajar, sebagian besar tergantung pada konteks belajar itu sendiri. Situasi problematik yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam kerangka konteks yang dianggap penting plan memaksa bagi pelajar dan melibatkan siswa menjadi peserta yang aktif, justru karena tujuan itu sendiri. Hendaknya tugas itu dinyatakan dalam kerangka suatu konteks yang sifatnya konkret, dapat ditiru dan dapat dialksanakan dengan teratur. Selain itu, tugas tersebut harus dapat memberikan dorongan selaus-luasnya untuk bereksperimentasi, bereksplorasi, dan daya penentu. Tugas tersebut dapat juga mengarah kepada pengawasan melalui pengertian dan pemahaman serta yang memungkinkan transfer dari dan kepihak lain. Ciri-ciri konteks yang baik adalah:
1) Dapat membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secra dinamis dan kuat,
2) Terdiri dari pengalaman yang aktual dan konkret,
3) Pengalaman konkret yang dinamis merupak alat untuk menyusun pengertian dan bersifat sederhana dan pengalaman itu dapat ditiru untuk diulangi.
b. Fokus
Proses pembelajaran perlu diorganisasikan dengan bahan belajar. Disamping itu pembelajaran yang penuh makna dan efektif harus diorganisasikan disekitar satu fokus. Pengajaran akan berhasil dengan menggunakan vokalisasi, sehingga mutu pembelajaran lebih meningkat. Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, harus dipilih fokus yang memiliki ciri-ciri yang baik, seperti uraian berikut ini:
1) Memobilisasi tujuan
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pengajaran harus dapat membangkitkan keinginan untuk belajar. Konteks bermaksud membengkitkan tujuan, sedangkan fokus merumuskan dan mengarahkan tujuan. Jadi fokus belajar mengajar yang baik harus mampu memobilisasi keinginan belajar.
2) Memberi bentuk dan uniformitas pada belajar
Belajar yang efektif mempunyai ciri antara lain uniformitas (keseragaman). Keseragaman artinya terdapat koordinasi intern dari relasi-relasi yang terdapat dalam unit pelajaran itu, atau terdapat strukturalisasi sehingga dapat menimbulkan fokus yna wajar.
3) Mengorganisasi belajar
Mengorganisasi belajar sebagai suatu proses eksplorasi dan penemuan pokus yang baik harus menimbulkan suatu pertanyaan yang perlu dijawab, suatu soal yang perlu di pecahkan, suatu pengertian yang harus dipahami dan digunakan. Dengan demikian, akan timbul orgsnisasi belajar yang tepat, yng memungkinkan terjadinya proses penangkapan pengertian, melihat eksplorasi dan penemuan. Seorang guru yang baik akan selalu berusaha mengajak siswa belajar melaluio penemuan dan pemecahan soal atau masalah.
c. Sosialisasi
Dalam proses belajar siswa melati bekerja sama dalam kerja kelompok, diskusi dan sebagainya. Mereka bertanggung jawab bersama dalam proses pemecahan masalah timbulnya pertanyaan,saran, dan komentar mendorong siswa untuk brfikir lebi lanjut dan berusaha memperbaiki kekurangannya. Mutu makna dan efektivitas blajar sebagian besar tergantung pada kerangka sosial tempat belajar itu sangatlah berlaku. Disini berlaku rinsipo pengajaran sosialisasi. Kondisi sosial pada suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses belajar yang sedang berlangsung dikelas itu.
d. Individualisasi
Dalam mengorganisai belajar mengajar guru memperhayikan tarafm kesanggupan siswa dan merangsangnya untuk menentukan bagi dirinya sendiri apa yang dilakukan sebaik-baiknya. Belajar dengan penuh makna harus dilaksanan sesusai dengan bakat dan kesanggupan serta dengan tujuan siswa sendiri, dan dengan prosedur esperimental yang berlaku. Individu yang satu berbeda dengan individu yang lain. Belajar memang harus merupakan persoalan individual, tetapi sejauh mana perbedaan cara belajar itu dari yang dilakukan oleh individu lain, hal ini perlu diketahui.
e. Urutan
Belajar sebagai gejala tersendiri dan pada mengorganisasikannya dengan tetap berdasarkan prinsip konteks, vokalisasi, sosialisasi, dan individualisme.namun demikian, guru juga harus mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang disusun secara tepat menurut waktu atau urutannya. Untuk mencari garis yang memisahkan belajar yang tersendiri dari rangkaian proses belajar adalah merupakan suatu abstaksi. Tidak mungkin unit pelajaran yang satu terpisah dengan unit-unit lain. Atasub beberapa unit terpisah dari keseluruhan pelajaran. Bila hendak mncapai beljar yang autentik, organisasi rangkaian ataun urutan dari belajar dengan penuh makna harus dengan sendirinya bermakna pula.
f. Evaluasi
Evaluasi dilaksansakn untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang kmelekat pada proses belajar itu evaluasi tidak mungkin dipisahkan dari belajar maka evaluasi harus diberikan secara wajar agar tidak merugikan. Usaha belajar efektif dan rusel ditambaqh oleh evaluasi yang bermutu dan diskrimionatif akan mengenai pada semua aspek belajar. Evaluasi merupakan bagian mutlak dari pengajarn sebagai unsur integral didalam organisasi belajar yang wajar.
Evaluasi sebagai suatu alat untuk mendapatkan cara-cara melaporkan hasil-hasil pelajaran yang dicapai dan dapat memberi laporan tentang siswa kepada sisa itu sendiri serta kepada orangtuanya. Eveluasi dapat pula digunakan untuk menilai metode bmengajar yang digunakan dan un utnka mendapoatkan gambaran komperheensip tentang siswa sebagai perseorangan, dapat juga membawa siswa pada taraf belajar lebih baik.
Pembelajaran yang efektif tergantung pada pronsip-prinsip yang telah dissebutkan didepan. Pemblajaran efektif tergantung pada corak kemaknaan yang penuh dari belajar itu. Prinsip-prinsip yang praktis tersebut saling berkaitan dan tidak dapat salah satunya diabaikan hal ini dimaksudkan agar dapat mengorganisasikan proses belajar untuk mencapai tarasf maksimal mengenai kemaknaan penuh, juga untuk mencapai efektifitas maksimal, serta mendapatkan hasil terbaik hdan autentik
Pembelajaran adalh suatu proses. Karna pembelajaran adalah suatu proses maka iya akan mencakip rangkian empat tahap yaitu orientasi, latihan, umpan balik,dan lanjutan :
1. Orientasi adalah kegiatan memberi penjelasan tentang materi/ilmu
2. Latihan adalah memberi kesempatan berlatih menerapkan materi atayu bahan
3. Umpan balik adalah kegiatan memberi penertian tentang hasil belajar yang te;ah dicapai dalam proses pembelajaran
4. Lanjutan adalah kegiatan memberi kesempatan untuk melanjutkan kajian bahan brikutnya atau kajian bahan sebelimnya apabila berdasar umpan balik matei sebelumnya belum dikuasai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar